Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada
yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Kondisi sosial
berarti keadaan yang berkenaan dengan kemasyarakatan yang selalu mengalami
perubahan-perubahan melalui proses sosial. Proses sosial terjadi karena adanya
interaksi sosial. “Interaksi sosial
diartikan hubungan sosial yang dinamis antara orang perorangan, antar
perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok” (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, 1990:335).
Di dalam keluarga interaksi
sosial didasarkan atas rasa kasih sayang antara anggota keluarga, yang
diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, belajar bekerja sama dan bantu
membantu. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat, yaitu:
a.
Adanya kontak sosial merupakan hubungan
seseorang dengan orang lain dengan mengunakan bahasa lisan ataupun bahasa isyarat.
“Kontak sosial adalah hubungan antara satu pihak dan pihak lain yang merupakan
awal terjadinya interaksi sosial”
(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990:458). Berarti
kontak sosial adalah adanya interaksi yang bisa menghubungkan dua orang atau
lebih sehingga mereka bisa mengerti maksud dan tujuan yang mereka inginkan.
b. Komunikasi
adalah pembicaran antar orang dengan saling memahami apa yang sedang mereka
bicarakan. “Komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku
orang lain (yang terwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap),
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang
bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin
disampaikan orang lain tersebut, sikap-sikap pada perasaan-perasaan suatu
kelompok manusia atau orang perseorangan dapat diketahui oleh kelompok lain
atau orang-orang lainnya” ( Soekanto, 2002:67). Jadi Komunikasi adalah
pembicaraan atau perilaku yang bisa dimengerti oleh orang lain sehingga terjadi
hubungan timbalbalik.
Kondisi sosial keluarga akan diwarnai oleh bagaimana interaksi sosial
yang terjadi diantara anggota keluarga dan interaksi sosial dengan masyarakat
lingkungannya. Interaksi sosial di dalam keluarga biasanya didasarkan atas rasa
kasih sayang dan tanggung jawab yang diwujudkan dengan memperhatikan orang
lain, bekerja sama, saling membantu dan saling memperdulikan termasuk terhadap
masa depan anggota keluarga.
Interaksi orangtua tehadap anak-anaknya biasanya juga dilandasi hal-hal
tersebut diatas termasuk peduli terhadap masa depan pendidikan anaknya.
Kepedulian orangtua terhadap pendidikan anak apabila diaplikasikan secara tepat
akan mendorong anak untuk berprestasi dalam pendidikannya.
1.
Kondisi Ekonomi Orangtua
Kondisi Ekonomi Orangtua
atau Keluarga Ekonomi berarti setiap sistem hubungan-hubungan yang menentukan
alokasi sumber-sumber daya yang terbatas atau yang langka. “Kondisi ekonomi
orangtua adalah kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh indera manusia
tentang keadaan orangtua dan kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhannya”
(Depdikbud dalam Heini 1999:21). Permasalahan ekonomi keluarga yang utama
adalah usaha keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan sehingga dapat mencapai
kemakmuran. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani. Pemenuhan tersebut harus dilakukan dalam keadaan sumber-sumber yang
dimiliki terbatas dihadapkan dengan kebutuhan yang alternatif. Kondisi ekonomi
orangtua dalam kehidupan sehari-hari tergantung pada dua hal yang saling
berhubungan yaitu adanya kebutuhan keluarga yang tidak terbatas baik jumlah
maupun kualitasnya dan jumlah sumber-sumber yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka keadaan sosial
ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan pemilikan
kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal.
Ada beberapa faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya keadaan sosial
ekonomi orangtua di masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tingal, pemilikan
kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Dan dalam
penelitian ini faktor yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan tinggi
rendahnya keadaan sosial ekonomi orangtua di masyarakat meliputi 4 (empat) yaitu
tingkat pendidikan, pendapatan, dan kepemilikan kekayaan, dan jenis tempat
tinggal.
a. Tingkat
Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” ( UU RI 2003:3). Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur
pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal). Jalur pendidikan sekolah
(pendidikan formal) terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan
sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan
prasekolah, dasar, menengah, dan tinggi.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
pendidikan orangtua selain dilihat dari jenjangnya juga dapat dilihat dari
tahun sukses atau lamanya orangtua sekolah. Semakin lama orangtua bersekolah
berarti semakin tinggi jenjang pendidikannya. Misalnya orangtua yang hanya
sekolah 6 tahun berarti hanya sekolah sampai SD berbeda dengan orangtua yang sekolahnya sampai 12 tahun berarti
lulusan SMA. Tingkat pendidikan yang pernah ditempuh orangtua berpengaruh pada
kelanjutan sekolah anak mereka. Orangtua yang memiliki pendidikan yang tinggi
mempunyai dorongan atau motivasi yang besar untuk menyekolahkan anak mereka.
b. Pendapatan
Orangtua
Pendapatan adalah semua penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang
merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu. Pendapatan
adalah jumlah penghasilan riil seluruh anggota keluarga yang disumbangkan untuk
memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam keluarga, ( Sumardi, 2004:323).
Pendapatan adalah dasar dari penghidupan. Besarnya pendapatan akan
memenuhi jumlah kebutuhan yang hendak dipuaskan. Sejumlah kebutuhan yang
dipuaskan merupakan pola konsumsi yang telah berhasil dicapai akan menentukan
tingkat hidup. Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pendapatan
berupa uan yaitu segala penghasilan yang berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya
sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Pendapatan berupa uang, meliputi: gaji,
upah dan hasil investasi.
2. Pendapatan
berupa barang adalah segala pendapatan yang berbentuk nyata atau riil,dan dapat
dipakai secara langsung. “Pendapatan yang berupa barang yaitu segala
penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk
balas jasa dan diterimakan dalam bentuk barang atau jasa” (Sumardi, 1998:93).
Barang
dan jasa yang diterima atau diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun
tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang oleh yang menikmati barang dan
jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara cuma-cuma, pembelian
barang dan jasa dengan harta subsidi atau reduksi dari majikan merupakan
pendapatan berupa barang.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendapatan orangtua adalah
penghasilan berupa uang yang diterima sebagai balas jasa dari kegiatan baik
dari sektor formal dan informal selama satu bulan dalam satuan rupiah. Besar
kecilnya pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk akan berbeda antara yang
satu dengan yang lain, hal ini karena dipengaruhi oleh keadaan penduduk sendiri
dalam melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari. Dengan pendidikan yang
tinggi mereka akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang lebih besar.
Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan
dengan pendapatan yang kecil. Dalam penelitian ini pendapatan yang diterima
penduduk dapat digolongkan berdasarkan 5 golongan yaitu:
a) Golongan
penduduk berpendapatan rendah, yaitu penduduk yang berpendapatan Rp.300.000
perbulan.
b) Golongan
penduduk berpendapat cukup tinggi, yaitu penduduk yang berpendapatan rata-rata
antara Rp. 300.000- sampai Rp.500.000 perbulan.
c) Golongan
penduduk berpendapat tinggi, yaitu penduduk yang berpendapatan rata-rata antara
Rp.500.000- sampai Rp.750.000 perbulan.
d) Golongan
penduduk berpendapat tinggi, yaitu penduduk yang berpendapatan rata-rata antara
Rp.750.000- sampai Rp.1.000.000 perbulan
e) Golongan
penduduk berpendapatan sangat tinggi yaitu penduduk dengan pendapatan rata-rata
>Rp.1.000.000.
c. Pemilikan Kekayaan atau Fasilitas.
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kekayaan dalam bentuk barang
barang dimana masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Fasilitas
atau kekayaan itu antara lain:
1) Barang-barang
berharga
Adalah
pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran
seperti perhiasan, televisi, kulkas dan lain-lain dapat menunjukkan adanya
pelapisan dalam masyarakat. Dalam penelitian ini barang-barang dapat
menunjukkan keadaan sosial ekonomi seseorang. Barang-barang yang berharga
tersebut antara lain tanah, sawah, rumah dan lain-lain. Barang-barang tersebut
bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak. Semakin banyak kepemilikan
harta yang bernilai ekonomi dimiliki orangtua maka akan semakin luas kesempatan
orangtua untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya, dan orangtua dapat mencukupi
semua fasilitas belajar anak, sehingga dapat memotivasi anak untuk berprestasi.
2) Jenis-jenis
kendaraan pribadi.
Kendaraan
pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya tingkat sosial
ekonomi orangtua. Misalnya: orang yang mempunyai mobil akan merasa lebih tinggi
tingkat sosial ekonominya dari pada orang yang mempunyai sepeda motor.
d. Jenis Tempat Tinggal.
Menurut Svalastoga dalam Aryana untuk mengukur tingkat sosial ekonomi
seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari:
1) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah
dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
2) Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu
dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya
menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya
menengah kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.
3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang
ditempati pada umunya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.
Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang
menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran dan kualitas rumah.
Rumah yang dengan ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat menunjukkan
bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi berbeda dengan rumah yang keil, semi
permanen dan menyewa menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah.
0 komentar:
Posting Komentar