This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by caheastboys.blogspot.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by caheastboys.blogspot.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by caheastboys.blogspot.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by caheastboys.blogspot.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by caheastboys.blogspot.com.

Sabtu, 24 Desember 2011

akuntansi strategi pembelajaran ekspositori

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar persoalan-persoalan yang berkaitan dengan mutu pendidkan Misalnya pembicaraan tentang rendahnya mutu pendidikan, usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan, dan lain-lain. Akan tetapim arti mutu pendidikan sendiri jarang diterangkan secara jelas dalam konteks pembicaraan itu, seolah-olah kita semua dianggap sudah mengeri artinya. Padahal pendidikan sendiri mengandung pengertian yang sangat luas dan kompleks. Mutu pendidikan pada umumnya diartikan sebagai gambaran seberapa jauh suatu lembaga pendidikan berhasil mengubah tingkah laku anak didik atau muridnya bila dikaitkan dengan tujuan pendidikan. Tingkah laku anak didik itu meliputi aspek kognitif dan nonkognitif, baik yang mudah diukur maupun yang sulit diukur. Berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh guru sendiri sebagai orang yang bersentuhan langsung dengan para siswsa dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Dan setiap melirik terhadap guru yang dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab dengan mutu pendidikan. Perkembangan baru terhadap peningkatan mutu pendidikan membwa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa pada tingkat optimal. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan metode mengajar, strategi mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagia pengelola proses belajar mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di ata guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dengan menyadari kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Dengan menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori Pada Siswa Kelas………………..Tahun Pelajaran………………………………….. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata diklat Akuntansi dengan diterapkannya strategi pembelajaran ekspositori pada siswa ………………. Tahun pelajaran…………………………… 2. Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran ekspositori terhadap motivasi belajar mata diklat Akuntansi pada siswa kelas ………………………….tahun pelajaran…………………………. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar mata diklat Akuntansi setelah diterapkannyua strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas …………………………tahun pelajaran………………………………….. 2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar mata diklat Akutansi setelah diterapkan strategi pembelajaran ekspositori pada siswa kelas …………………………………..tahun pelajaran……………………….. 3. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran mata diklat Akuntansi dalam meningkatkan prestasi belajar pada kelas …………………tahun pelajaran……………………. D. Kegunaan Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru mata diklat Akuntansi dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar mata diklat Akuntansi 2. Sumbangan prmikiran bagi guru mata diklat Akuntansi dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar mata diklat Akukntansi. 3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata diklat akuntansi. 5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran mata diklat Akuntansi. E. Definisi Veriabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Strategi pembelajaran Ekspositori adalah: Strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara variable dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. 2. Motivasi belajar adalah Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapi tujuan tertentu. 3 Prestasi belajar adalah Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. F. Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ………………………………………………..tahun pelajaran…………. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus semester ganjil tahun pelajaran………………………………… 3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan memahami dasar-dasar Akuntansi. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi Akuntansi adalah suatu system informasi yang mengidentifikasi, mencatat dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan (Wegandt et. al.2000:4) Dari pengertian di atas terkandung kegiatan utama akuntansi, yaitu: 1. Mengidentifikasi kejadian ekonomi berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang relevan dari suatu organisasi tertentu. Pembayaran utang, pembayaran pembelian tunai, penjualan kredit adalah contoh dari kejadian ekonomi tersebut. 2. Mencatat secara histories aktivitas keuangan organisasi. Pencatatan dilakukan secara sistematis, berurutan sesuai kronologis kejadian dan harus dapat diukur dalam satuan moneter. Dalam proses pencatatan ini, kejadian ekonomi kemudian diklasifikasikan dan diringkas. 3. mengomunikasikan kejadian ekonomi kepada pihak yang berkepentingan dalam bentuk laporan keuangan yang memuat informasi keuangan organiosasi yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Elemen vitas dalam mengomunikasikan kejadian ekonomi adalah kemampuan akkuntan dalam menganalisis dan menginterpretasi informasi yang dilaporkan. Analisis melibatkan penggunaan rasio, persentasi, grafik dan diagram unutk memberikan gambaran pokok masalah keuangan secara signifikan dengan melihat trend an hubungannya. Interpretasi berkaitan dengan penjelasan manfaat, maksu, dan batas waktu data yang dilaporkan. B. Pemakai Informasi Akuntansi Oleh karena kegiatan akuntansi tersebut adalah mengomunikasikan kejadian ekonomi suatu organisasi, maka akuntansi sering disebut sebagai “Business Language”. Kebutuhan informasi keuangan tergantung kepada keputusan apa yang hendak diambil oleh penggunannya. Karena itu akuntansi haruslah mempertimbangkan kebutuhan informasi keuangan dari penggunaanya. Pengguna informasi akuntansi dibagi ke dalam dua kelompok sebagai berikut: 1. Pemakai Intern (Internal User) Yang dimaksud dengan pemakai (pihak) intern adalah pihak yang melakukan perencana (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengendalian (conrolling) organisasi, seperti manajer pemasaran, kepala bagian produksi dan direktur keuangan. Dalam menjalankan aktivitas bisnis tersebut, manajer harus dihadapkan kepada banyak persoalan yang harus diselesaikan, seperti (a) apakah tersedia dana yang cukup untuk membayar kewajiban perusahaan; (b) berapa biaya per unit produksi; (b) apakah mungkin perusahaan memberikan bonus kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya; dan (d) produk mana yang lebih menguntungkan (profitable) Untuk menjawab berbagai persoalan tersebut, manajar membutuhkan informasi yang rinci dan berkualitas . informasi berkualitas dicirikan dengan (a) akutat; (b) lengkap (c) relevan dan (d) tepat waktu. Oleh karena nya untuk kebutuhan internal perusahaan, akuntansi menyediakan pula laporan internal (internal report), seperti prediksi kebutuhan kas tahun depan, anggaran penjualan, perbandingan dari beberapa alternative kebijakan yang dapat diambil. Selanjutnya, bagi manajer informasi yang lebih ringkas disajikan dalam laporan keuangan (financial statements) 2. Pemakai Ekstern (External User) Yang dimaksud dengan pihak ekstern adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu usaha atau perusahaan, tetapi merupakan pihak luar perusahaan.. contohnya, bank sebagai pemberi kredit (pinjaman). Jadi, bank perlu memastikan apakah debiternya (perusahaan) yang diberikan fasilitas kredit ini dapat melunasi seluruh pinjaman pada waktu yang telah ditetapkan, sehingga bank terhindar dari permasalahan kredit macet. Bagaimana pihak bank mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan perusahaan sebagai debitornya? Bank memperoleh data dan informasi berdasarkan catatan akuntansi yang dibuat berupa laporan keuangan dari perusahaan yang memperoleh kredit tadi. Badan-badan pemerintah juga sangat berkepentingan dengan informasi keuangan perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan deregulasi lainnya. Kantor pajak berkepentingan terhadap informasi akuntansi perusahaan untuk memeriksa kebenaran kewajiban pajak yang telah dilaporkan. Pegawai dan serikat pekerja juga membutuhkan informasi tentang stabilita dan profitabilitas dari perusahaan yang mempekerjakannya. C. Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE) Strategi pembelajaran ekspositori (SPE) menekankan pada proses bertutur. Materi pelajaran sengaja diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah menyimak untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Aliran psikologi belajar yang sangat mempengaruhi SPE adalah aliran belajar behavioristik. Aliran belajar behavioristik lebih menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku manusia pada dasarnya keterkaitan antara stimulus dan respon, oleh karenanya dalam implementasinya peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat penting. Dari asumsi semacam inilah, muncul berbagai konsep bagaimana agar guru dapat memfasilitasi sehingga hubungan stimulus-respon itu bisa berlangsung secara efektif. Dalam teori belajar koneksionisme contohnya, dikembangkan hukum-hukum belajar seperti hukum kesiapan, hukum pengaruh, dan hukum latihan, sedangkan dalam teori belajar classical conditioning dijelaskan bagaimana hubungan keterkaitan stimulus respons bisa dipengaruhi oleh munculnya S2 sebagai stimulus prasarat. D. Pronsep dan Prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori 1. Konsep Strategi Pembelajaran Ekspositori Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materis secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa degnan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (1998) menamakan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Mengapa demikian? Karena dalam strategi ini materi pembelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena strategi ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi “chalk and talk” Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori , Pertama strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam malakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikkannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. Ketiga , tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinnya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diurakan. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (theacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat dominant. Melalui strategi ini guru menyampaikan meteri pembeljaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa degnan baik. Faktor utama strategi ini adalah kemampuan akademik (acadmy achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk strategi ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif manakala: - Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan datang dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses kegiatan pemecahan maslaah atau untuk melakukan proses tertentu, oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar seperti seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktivitas dan lain sebagainya. - Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan. - Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru, misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data khusus. - Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topic tertentu, misalnya materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. - Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tersebut biasanya merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati dalam melakukan suatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu. - Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan untuik seluruh siswa. - Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross & Kyle, 1987) strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students) - Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan - Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. 2. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori Tidak ada satu strategi pembelajaran yang baik. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan apa yang harus dicapai. Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Setiap prinsip tersebut dijelaskan di bawah ini. a. Berorientasi pada Tujuan Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan cirri utama dalam strategi pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu, guru harusw merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti criteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran. Memang benar strategi pembelajaran ekspositori tidan mungkin dapat mengejar tujuan kemampuan berpikir tingkat tinggi, misalnya kemampuan untuk menganalisis, menyintesis sesuatu atau mungkin mengevaluasi sesuatu, namun tidak berarti tujuan kemampuan berpikir taraf rendah tidak perlu dirumuskan, justru tujuan itulah yang harus dijadikan ukuran dalam menggunakan strategi ekspositori. b. Prinsip Komunikasi proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai komunikasi yang menunjukkan para proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan). Pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa berfungsi sebagai penerima pesan. Dalam proses komunikasi bagaimanapun sederhananya, selalu terjadi urutan pemindahan pesan (informasi) dari sumber pesan ke penerima pesan . system komunikasi dikatakan efektif manakala pesan itu dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan secara utuh dan sebaliknya system komunikasi dikatakan tidak efektif, manakala penerima pesan tidak dapat menangkap stiap pesan yang disampaikan. Kesulitan menangkap pesan itu dapta terjadi oleh berbagai gangguan (noise) yang dapat menghambat kelancaran proses komunikasi. Akibat gangguan (noise) tersebut memungkinkan penerima pesan (siswa) tidak memahami atau tidak dapat menerima sama sekali pesan yang ingin disampaikan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat penting untuk diperhatikan. Artinya bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan (noise) yang bisa mengganggu proses komunikasi. c. Prinsip Kesiapan Dalam teori belajar koneksionisme “kesiapan” merupakan salah satu hukum belajar. Inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespons dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan, sebaliknya tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat kita tarik dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikna, terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan siap baik secara fisik maupun psikis untuk menerima pelajaran. Jangan pula kita sajikan materi pelajaran, manakala siswa belum siap untuk menerimanya. Seperti halnya kerja sebuah computer,s etiap data yang dimaskkan akan dapat disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file untuk menyimpan data. Setiap data tidak mungkin dapat simpan manakala belum tersedia filenya. Oleh karena itu, sebelum kita menyampaikan informasi terlebih dahulu kita yakinkan apakah dalah otak anak sudah tersedia file yang sesuai dengan jenis informasi yang akan disampaikan atau belum, kalau seandainya belum maka terlebih dahulu harus kita sediakan dahulu file yang akan menampung setiap informasi yang akan kita sampaikan. d. Prinsip Berkelanjutan Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk selanjutnya . ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri. E. Proses Pelaksanaan Strategi Ekspositori Sebelum diuraikan tahapan penggunaan strategi ekspositori terlebih dahulu diurakan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan strategi ini. 1. Rumusan Tujuan yang ingin Dicapai Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Tujuan yang spesifik seperti yang telah dijelaskan di atas dapat memperjelas kepada arah yang ingin dicapai. Dengan demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan strategi ini. Sering terjadi proses pembelajaran dengan cara terstruktur, guru terlena dengan pembahasan yang dilakukannya sehingga materi pelajaran menjadi melebar tidak focus pada permasalahan yang sedang dibahas. Dengan rumusan tujuan yang jelas hal ini tidak akan terjadi. Sebab tujuan yang harus dicapai akan menjadi faktor pengingat bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. 2. Kuasai Materi Pelajaran dengan Baik Penguasaan materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak penggunaan strategi ekspositori. Penguasaan materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri guru meningkat sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak berani menatap siswa, tidak takut dengan perilaku-perlaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya manakala guru kurang menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan ia akan kurang percaya diri sehingga ia akan sulit bergerak, takut kelakukan kontak mata dengan siswa, menjelaskan materi pelajaran serta canggung dengan suara yang pelan dan miskin ilustrasi dan lain sebagainya. Akibatnya? Ia akan sulit mengatur irama dan iklim pembelajaran. Guru akan sulit mengontrol dan mengendalikan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran. Agar gurud apat menguasai materi pelajaran ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama , pelajari sumber-sumber belajar yang muthakhir. Kedua, persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul degnan cara materi pelajaran yang akan disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar. 3. Kenali Medan dan Berbagai Hal yang Dapat Mempengaruhi Proses Penyampaian. Mengenai lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan dengan medan yang harus dikenali diantaranya, pertama latar belakang audiens atau siswa yang akan menerima materi, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa dan lain sebagainya. Kedua kondiri ruangan baik menyangkut luas dan besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan ruangan itu sendiri. Pemahaman akan kondisi ruangan itu diperlukan untuk mengatur tempat duduk dan atau untuk menempatkan media yang digunakan, misalnya dimana sebaiknya layer OHP atau LCD disimpan, dimana sebaiknya gambar dipasang dan lain sebagainya. Keberhasilan penggunaan strategi ekspositori sangat tergantung pada kemampuan guru untuk bertutur atau menyampaikan materi pelajaran. Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori yaitu: a. Persiapan (Preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam strategi ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah: - Mengecek siswa keluar dari kondisi mental yang pasif - Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar - Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa - Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah: 1. Berikan sigesti yang positif dan sugesti yang negative Memberikan sugesti yang positif akan dapat membangkitkan kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya sugesti yang negative dapat mematikan semangat belajar 2. Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai Mengemukakan tujuan sangat penting artinyua dalam setiap proses pelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham apa yang harus mereka kuasai serta mau di bawa kemana mereka. Dengan demikian, tujuan merupakan “pengikat” baik bagi guru maupun bagi siswa. Langkah penting ini sering terlupakan oleh guru. Dalam pembelajaran guru langsung menjelaskan materi pelajaran. Dengan demikian bagi siswa akan mengalami kesulitan, sebab mereka memerlukan waktu untuk beradaptasi terhadap materi pelajaran yang dibahas. Bahkan sering terjadi untuk siswa tertentu proses adaptasi memerlukan waktu yang cukup lama. Artinya walaupun sudah lama guru bicara tetapi mereka belum mengerti apa yang hendak dicapai oleh guru 3. Bukanlah file dalam otak siswa Coba bayangkan seandainya seorang guru menyampaikan materi pelajaran yang sama sekali asing bagi siswa, artinya materi itu sama sekali materi yang belum siswa kenal. Siswa akan sulit menangkap materi yang disampaikan itu , bukan? Apalagi jika dalam menyampaikan maeri itu guru menggunakan istilah-istila yang sama sekali asing ditelinga siswa. Bagaikan kerja sebuah computer, data akan dapat disimpan manakala sudah tersedia filenya. Demikian juga otak siswa materi pelajaran akan bisa ditangkap dan disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file atau kapling yang sesuai. Artinya sebelum kita menyampaikan materi pelajaran maka terlebih dahulu kita harus membuka fila dalam otak siswa agar materi itu bisa cepat ditangkap. b. Penyajian (Presentation) Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini. 1. Penggunaan bahasa Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat berpengaruh untuk keberhasilan prestasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikand alam penggunaan bahasa. Pertama bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang bersifat komunikatif dan mudah dipahami. Bahasa yang komunikatif hanya mungkin muncul manakala guru memiliki kemampuan bertuitur yang baik. Oleh karenanya guru dituntut untuk tidak menyajikan materi pelajaran dengan cara membaca buku atau teks tertulis etapi sebaiknya guru menyajikan materi pelajaran secara langsung dengan bahasa sendiri. Kedua dalam penggunaan bahasa guru harus memperhatikan tingkat perkembangan siswa. Misalnya penggunaan bahasa anak SD berbeda dengan bahasa untuk tingkat anak SMA atau mahasiswa. 2. Intonasi suara Intonasi suara adalah pengaturan suara dengan pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahamki kapan ia harus melemahkan suaranya. Pengaturan nada suara akan membuat perhatian siswa tetasp terkontrol, sehingga tidak akan mudah bosan. 3. Menjaga kontak mata dengan siswa Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata (eye contact) merupakah hal yang sangat penting untuk membuat siswa tetap memperhatikan pelajaran. Melalui kontak mata yang selamanya terjaga, siswa bukan hanya akan merasa dihargai oleh guru, akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses penyajian. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus-menerus menjaga dan memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran, jangan biarkan pandangan mereka tertuju pada hal-hal di luar materi pelajaran. 4. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan joke diantaranya pertama, joke yang digunakan harus relevan dengan isi materi yang sedang dibahas. Kedua, sebaiknya joke muncul tidak terlalu sering. Guru yang terlalu sering memunculkan joke hanya akan membuat kelas seperti dalam suasana pertunjukan. Oleh sebab itu, guru mesti paham kapan sebaiknya ia memunculkan joke-joke tertentu. Guru dapat memunculkan joke apabila dirasakan siswa sudah kehilangan konsentrasinya yang bila dilihat dari cara mereka duduk yang tidak tenang, cara merekas memandang atau dengan gejala-gejala perilaku tertentu, misalnya dengan memain-mainkan alat tulis, mengetuk-ngetuk meja dan lain sebagainya. c. Korelasi (Correlation) Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakuan tiada lain untuk memberikan makjna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa. Sering terjadi, dalam suatu pembelajaran setelah siswa menerima materi pelajaran dari guru, ia tidak dapat menangkap makna untuk apa materi pelajaran itu dikuasai dan dipahami, apa manfaat materi pelajaran yang telah disampaikan, bagaimana kaitan materi yang baru disampaikan dengan pengetahuan yang telah sejak lama dimilikinya dan lain sebagainya. Melalui langkah koreasi, semua pertanyaan tersebut tidak perlu ada sebabnya dengan mengaitkan (mengorelasikan) materi pelajaran dengan berbagai hal, siswa akan langsung memahaminya. d. Menyimpulkan (Generalization) Menyimpulkan adaah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu parapan. Dengan demikian siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Kalau diibaratkan dengan memasukkan data pada suatu proses penggunaan computer, menyimpulkan adalah proses men save data tersebut, sehingga data yang baru saja dimasukkannya akan di memori dan akanh muncul kembali manakala dipanggil untuk digunakan. Menyimpulkan ibsa dilakukan dengan beberapa cara di antaranya pertama dengan cara mengulang kembali inti-inti materi yang menjadi pokok persoalan. Dengan cara demikian, diharapkan siswa dapat menangkap inti materi yang telah disajikan. Kedua, dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan. Degnan cara demikian diharapkan siswa dapat mengingat kembali keseluruhan materi pelajaran yang telah dibahas. Ketiga, dengan cara maping, melalui pemetaan keterkaitan antarmaeri pokok-pokok materi. e. Mengaplikasikan (Aplication) Langkah aplikasi adalah langkah untuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman maeri pelajaran oleh siswa. Teknik yang bisa dilakukan pada langkah ini diantaranya , pertama , dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan. Kedua, dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan. F. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori 1. Keunggulan Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan strategi ini memilii beberapa keunggulan, diantaranya: a. Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran degnan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. b. Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untk belajar terbatas. c. Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasikan (melalui pelaksanaan demokrasi). d. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar. 2. Kelemahan Di samping memiliki keunggulan, strategi ekspositori juga memiliki kelemahan diantaranya: a. Strategi pembelajaran ini hanya mungkind apat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain. b. Strategi ini tidak mungkindapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar. c. Karena strategi lebih banyak diberikan melalu ceramah, maka akan silit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan antarpersonal, serta kemampuan berpikir kritis. d. Keberhasilan strategi pembelajran ekspositori sangat tergantuing kepada apa yan dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasise, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses pembelajaran tidak mungkin berhasil. e. Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajran lebih banyajk terjadi satu arah (one way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru. Memperhatikan beberapa kelemahan di atas maka sebaiknya dalam melaksanakan strategi ini guru perlu persiapan yang matang baik mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai hal-hal lain yang dapat mempengaruhi kelancaran presentasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menurut Oja Smuljan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam, yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan teritegratif dan (d) administrasi social eksperimental. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas di mana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Smuljan (dalam Titik Sugiarti, 1997:8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam, yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) stimulus terintegratif dan (d) administrasi social eksperimental. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru angat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk in, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominant dan sangat kecil. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refreksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. A. Tempat, waktu dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di ………………………… tahun pelajaran………………………….. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnuya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjila ………………… 3. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas ………………………….tahun pelajaran ………………………………… pada pokok bahasan memahami dasar-dasar Akuntansi. B. Rancangan Penelitian Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakana adalah satu strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Permasalahan atau topic yang dipilih harus memenuhi criteria yitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. 2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. 3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu dana dan tenaga. 4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakana dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. 5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 1998:82:83) Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindkaan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar berikut: Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur diatas adalah: 1. Rancangan/rencana awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya strategi pembelajaran ekspositori 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya: Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. C. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 1998:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang di kumpulkan maka juga digunakan metode observasi (pengamatan ) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. D. Analisis Data Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1. Merekapitulasi hasil tes 2. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. 3. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Strategi Pembelajaran Ekspositori Dengan Ketuntasan Belajar Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85% sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas belajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65. 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan strategi pembelajaran ekspositori dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 Agustus 2001 di kelas…… dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru Akuntansi dan Wali kelas…….. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Pengelolaan Pembelajaran pada siklus I No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata P1 P2 I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 1 2 2 2,5 1,5 B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi 3 3 3 3 3 3 II Pengelolaan Waktu 2 2 2 III Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias 3 3 3 3 3 3 Jumlah 31 31 31 Keterangan : Nilai : Kriteria a : Tidak Baik b : Kurang Baik c : Cukup Baik d : Baik Berdasarkan tabel diatas aspek-aspek yang mendapatkan criteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu. Ketiga aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I No No Aktivitas guru yang diamati Persentase 1 Menyampaikan tujuan 10.00 2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 10.00 3 Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya 6.67 4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 8.33 5 Menjelaskan materi yang sulit 13.33 6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 15.00 7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 10.00 8 Memberikan umpan balik 18.33 9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 8.33 No Aktivitas siswa yang diamati 1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 19.16 2 Membaca buku siswa 11.86 3 Bekerja dengan sesame anggota kelompok 18.13 4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 14.38 5 Menyajikan hasil pembelajaran 5.83 6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 5.63 7 Menulis yang relevan dengan KBM 9.17 8 Merangkum pembelajaran 6.86 9 Mengerjakan tes evaluasi 8.96 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant pada siklus I adalah memberi umpan balik dan , membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 18,33 dan15,00 %. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar menjelaskan materi yang sulit dan menjelaskan materi yang sulit yaitu 13,33%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominant adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 18,75%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antar siswa dengan guru, dan membaca bukup yaitu masing-masing 18,13%,14,38% dan 11,86% Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan strategi pembelajaran ekspositori sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominant untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Per sentase ketuntasan belajar 70,75 29 72,50 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran ekspositori diperoleh nilai rata-rata presentasi belajar siswa adalah 70,75 dan ketuntasan belajar mencapai 72,50 % atau ada 29 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasl tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai  65 hanya sebesar 72,50 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksud dan digunakan guru dengan menerapkan strategi pembelajran ekspositori c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. 2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan strategi pembelajaran ekspositori dan lembar observasi guru dan siswa b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2001 di kelas……… dengan jumlah siswa 40 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah seorang guru Akuntansi dan Wali kelas …… Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata P1 P2 I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4 4 4 4 B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi 3 4 4 4 3,5 4 II Pengelolaan Waktu III Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias 4 4 3 4 3,5 4 Jumlah 45 45 45 Keterangan : Nilai : Kriteria a : Tidak Baik b : Kurang Baik c : Cukup Baik d : Baik Dari tabel diatasm tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan strategi pembelajaran ekspositori mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa, merumuskan kesimpulan/menemukan konsep dan pengolahan waktu.. Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan strategi pembelajran ekspositori diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas gugu dan siswa Tabel 4.2 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II No No Aktivitas guru yang diamati Persentase 1 Menyampaikan tujuan 8.33 2 Memotivasi siswa/merumuskan masalah 10.00 3 Mengkaitkan dengna pelajaran berikutnya 6.67 4 Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi 13.33 5 Menjelaskan materi yang sulit 11.67 6 Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep 15.00 7 Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan 8.33 8 Memberikan umpan balik 16.67 9 Membimbing siswa merangkum pelajaran 10.00 No Aktivitas siswa yang diamati 1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 9.38 2 Membaca buku siswa 8.96 3 Bekerja dengan sesame anggota kelompok 11.67 4 Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru 11.46 5 Menyajikan hasil pembelajaran 12.08 6 Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide 10.63 7 Menulis yang relevan dengan KBM 14.57 8 Merangkum pembelajaran 12.29 9 Mengerjakan tes evaluasi 8.96 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominant pada siklus II adalah memberikan umpan balik yaitu 16,67 %, membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 15,00%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami penurunan. Aktivitas guru yang mengalami peningkatan adalah menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi dan memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab yaitu 13.33% dan 16,67%. Sedangkan untuk aktivitas siwsa yang paling dominant pada siklus II adalah menulis yang relevan dengan KBM yaitu 14,57%, merangkum pembelajaran 12,29% dan menyajikan hasi pembelajaran yaitu (12,08%) Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Per sentase ketuntasan belajar 77,25 34 77,25 Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,25 dan dari 40 siswa yang telah tuntas sebanyak 34 siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar (harus remidi). Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 85,00% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran ekspositori sehingga siswa menjadi lebih terbiasa denga pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. d. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan strategi pembelajran ekspositori. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. e. Refisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran ekspositori dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan strategi ekspositori dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran ekspositori memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan II) yaitu masing-masing 72,50% dan 85,00% pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan strategi pembelajaran ekspositori dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Kewarganegaraan pada pokok bahasan nilai, macam norma dan sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model pengajaran kolaborasi yang paling dominan adalah belajar dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan pengajaran konsektual model pengajaran berbasis masalah degnan baik. Hal iniu terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Strategi pembelajaran ekspositori dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Akuntansi 2. Strategi pembelajaran ekspositori memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (72,50%), dan siklus II (85,00%) 3. Strategi pembelajaran ekspositori dapat menjadi siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. 4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggung jawabkan segala tugas individu. 5. Penerapan strategi pembelajaran ekspositori mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Akuntansi lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan strategi pembelajaran ekspositori memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontektual model pengajaran ekspositori dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3 Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di ………………………………….tahun pelajaran…… 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta Rineksa Cipta Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional Daraeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang. Aneka Ilmu Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses Belajar mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya. Puerwodarminto, 1991. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta Bina Aksara Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya. Lampiran 1 BIODATA PENULIS 1. Nama : ………………………………………….. 2. NIP/NIS : ………………………………………….. 3. Tempat&tanggal lahir : ………………………………………….. 4. Jabatan Dinas : ………………………………………….. 5. Pendidikan : ………………………………………….. 6. Riwayat Pendidikan : ………………………………………….. No Nama Sekolah Jurusan Tahun Lulus 1 2 3 4 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata diklat : Produktivitas Akuntansi Kelas/Semester : I/1 Pertemuan Ke : I (Pertama) Alokasi Waktu : 4 x 45 menit Standar Kompetensi : Persamaan dasar akuntansi Kompetensi Dasar : Memahami Dasar-dasar Akuntansi Putaran : 1 dan 2 I. Tujuan Pembelajaran : a. Pengertian akuntansi dijelaskan dengan benar b. Spesialisasi dalam akuntansi teridentifikasi c. Tugas-tugas dalam akuntansi terdiskripsikan d. Pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi teredintifikasi. II. Materi Ajar : a. Pengertian akuntansi b. Spesifikasi dalam bidang akuntansi c. Tugas-tugas dalam bidang akuntansi d. Pihak-pihak yang membutuhkan akuntansi III. Model Pembelajaran : Model pembelajaran Ekspositori IV. Motode Pembelajaran : a. Metode Pemberian Tugas b. Metode Diskuksi c. Metode Tanya Jawab V. Langkah-langkah Pembelajaran : a. Kegiatan Awal Mencari materi ajar dari berbagai sumber, membaca dan mempelajari b. Kegiatan inti Melakukan diskusi dan Tanya Jawab c. Kegiatan akhir Membuat rangkuman VI. Alat/Bahan/Sumber : a. Pengantar Akuntansi b. System Akuntansi c. Buku-buku akuntansi yang relevan VII. Penilaian : a. Tes Tertulis b. Hasil Pengamatan c. Hasil Diskusi dan Rangkuman Lampiran 3 LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI Nama Sekolah : ………………… Nama Guru : ………………… Mata pelajaran: ………………… Hari/tanggal : ………………… Sub Konsep : ………………… Pukul : ………………… Petunjuk Berikan penilaian anda dengan memberikan tanda cek () pada kolom yang sesuai No Aspek yang diamati Penilaian Ya Tidak 1 2 3 4 I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi II Pengelolaan Waktu III Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias Keterangan : ……………….2001 1. Kurang baik 2. Cukup baik 3. Baik Pengamat 4. Sangat baik (…………………………) Lampiran 4 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dan Guru Dalam KHM Nama sekola : …………………… Tanggal : …………………… Kelas/semester: …………………… Waktu : …………………… Bahan Kajian : …………………… Nama guru : …………………… Petunjuk Pengisian Amatilah aktivitas guru dan setiap siswa dalam kelompok sample selama kegiatan belajar mengajar berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut: 1. Pengamatan dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati. 2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominant, kemudian 1 menit berikutnya pengamat menuliskan kode kategori pengamatan. 3. Pengamatan ditujukan untuk dua kelompok yang dilakuka secara bergantian setiap periode waktu 3 menit 4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia. 5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak. Aktivitas Guru Aktivitas Siswa 1. Menyampaikan tujuan 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 2. Memotivasi siswa 2. Memperhatikan peragaan 3. Mengaitkan dengan pelajaran berikutnya 3. Praktik dengan menggunakan alat 4. Menyampaikan langkah-langkah strategis 4. Diskusi antar siswa/antar siswa dengan guru 5. Menjelaskan/melatih menggunakan alat 5. menyajikan hasil pembelajaran 6. Membimbing dan mengamati siswa dalam latihan 6. mengajukan dan menanggapi pertanyaan/ide 7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan. 7. Mempraktikkan yang relevan dengan KBM 8. Memberi umpan balik 8. Merangkum pembelajaran 9. Membimbing siswa memperbaiki kesalahan 9. Berlatih dengan siswa ……………..2001 Pengamat (……………………) Lampiran 5 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I No Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P1 3 3 2 3 4 4 3 5 3 30 P2 3 3 2 2 4 5 3 6 2 30 Rata-rata X 3 3 2 2.5 4 4.5 3 5.5 2.5 100 porsentase % 10.00 10.00 6.67 8.33 13.33 15.00 10.00 18.33 8.33 30 1 P1 3 4 4 4 3 2 4 2 4 30 P2 5 4 5 5 1 2 4 2 2 30 2 P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30 P2 4 3 6 5 4 1 3 2 2 30 3 P1 5 3 7 5 0 2 2 2 4 30 P2 7 4 4 4 3 1 3 2 2 30 4 P1 3 3 7 5 3 2 2 3 2 30 P2 10 4 4 3 0 1 4 2 2 30 5 P1 6 2 8 4 2 0 2 2 4 30 P2 8 3 4 5 2 2 2 2 2 30 6 P1 6 4 6 4 0 2 2 2 4 30 P2 8 4 3 5 0 2 4 2 2 30 7 P1 5 4 6 3 2 3 2 2 3 30 P2 5 4 4 5 3 2 3 2 2 30 8 P1 6 3 8 4 2 0 2 2 3 30 P2 5 4 5 4 2 3 3 2 2 30 Jumlah P1 40 27 52 33 13 13 18 17 27 240 P2 52 30 35 36 15 14 26 16 16 240 Rata-rata X 46 28.5 43.5 34.5 14 13.5 22 16.5 21.5 240 Prosentase rata-rata % 19.16 11.86 18.13 14.38 5.83 5.63 9.17 6.86 8.96 100 Keterangan Rata –rata (x)= Persentase rata-rata (%) = Lampiran 6 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II No Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P1 3 3 2 4 4 4 2 5 3 30 P2 2 3 2 4 3 5 3 5 3 30 Rata-rata X 2.5 3 2 4 3.5 4.5 2.5 5 3 100 porsentase % 8.33 10.00 6.67 13.33 11.67 15.00 8.33 16.67 10.00 30 1 P1 2 2 2 2 4 4 4 6 4 30 P2 3 3 5 5 2 3 3 3 3 30 2 P1 2 2 2 3 4 4 7 5 1 30 P2 4 3 5 4 3 3 2 3 3 30 3 P1 2 2 2 2 4 4 4 6 4 30 P2 3 4 7 4 2 2 3 2 3 30 4 P1 2 2 2 2 2 6 6 6 2 30 P2 4 4 5 4 3 2 3 2 3 30 5 P1 2 2 2 3 5 4 6 4 2 30 P2 4 2 2 3 5 2 5 4 3 30 6 P1 2 3 2 1 5 2 7 6 2 30 P2 4 3 5 6 3 2 2 2 3 30 7 P1 2 2 2 4 6 4 6 2 2 30 P2 3 3 6 4 3 2 4 2 3 30 8 P1 2 2 2 4 4 4 6 4 2 30 P2 4 4 5 4 3 3 2 2 3 30 Jumlah P1 16 17 16 21 34 32 46 39 19 240 P2 29 26 40 34 24 19 24 20 24 240 Rata-rata X 22.5 21.5 28 27.5 29 25.5 35 29.5 21.5 240 Prosentase rata-rata % 9.38 8.96 11.67 11.46 12.08 10.63 14.57 12.29 8.96 100 Keterangan Rata –rata (x)= Persentase rata-rata (%) = Lampiran 7 HASIL TES FORMATIF SIKLUS I No No Induk Nilai Keterangan No No Induk Nilai Keterangan 1 90 T 21 70 T 2 70 T 22 40 TT 3 70 T 23 80 T 4 60 TT 24 60 TT 5 80 T 25 80 T 6 40 TT 26 80 T 7 80 T 27 80 T 8 80 T 28 60 TT 9 80 T 29 60 TT 10 70 T 30 70 T 11 60 TT 31 80 T 12 70 T 32 70 T 13 70 T 33 80 T 14 70 T 34 80 T 15 80 T 35 90 T 16 50 TT 36 70 T 17 90 T 37 50 TT 18 70 T 38 60 TT 19 60 TT 39 80 T 20 80 T 40 70 T Keterangan T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 29 Jumlah siswa yang tidak tuntas : 11 Skor maksimal ideal : 4000 Skor tercapai : 2830 Rata-rata Skor Tercapai : 70,75 Prosentase ketuntasan : 72,50% Lampiran 8 HASIL TES FORMATIF SIKLUS II No No Induk Nilai Keterangan No No Induk Nilai Keterangan 1 90 T 21 90 T 2 90 T 22 60 TT 3 80 T 23 80 T 4 70 T 24 80 T 5 80 T 25 80 T 6 60 TT 26 90 T 7 80 T 27 80 T 8 80 T 28 70 T 9 80 T 29 60 TT 10 70 T 30 70 T 11 60 TT 31 90 T 12 80 T 32 90 T 13 70 T 33 80 T 14 90 T 34 80 T 15 80 T 35 90 T 16 60 TT 36 70 T 17 90 T 37 60 TT 18 80 T 38 90 T 19 60 TT 39 70 T 20 80 T 40 80 T Keterangan T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 34 Jumlah siswa yang tidak tuntas : 6 Skor maksimal ideal : 4000 Skor tercapai : 3090 Rata-rata Skor Tercapai : 77,25 Prosentase ketuntasan : 85,00% UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI PADA SISWA …………………………………………. TAHUN …………………… KARYA TULIS ILMIAH OLEH …………………………………………. NIP…………………….. DINAS PENDIDIKAN KOTA………… …………………………………… ……………………………………………….. HALAMAN PENGESAHAN KARYA ILMIAH BERJUDUL UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI PADA SISWA …………………………………………. TAHUN …………………… OLEH ………………………………………………….. Telah disetujui, Pengelola Perpustakaan Ketua PGRI ………………………. . Kota ……………………… ………………… NIP: NIP KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya. Karya tulis ilmiah yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori pada Siswa ………………………………………………..tahun……………”ini, disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi gurud ari IVa ke IVb. Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Yth Kepala Dinas Pendidikan Kota ……………. 2. Yth Ketua PGRI Kota ……………………… 3. Yth Rekan-rekan Guru ………………… 4. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai. Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangan peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang. ………………,Oktober 2001 Penulis ABSTRAKSI ……………….,2001. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Diklat Akuntansi dengan Menerapkan Strategi Pembelajaran Ekspositori pada Siswa ………………………………………………..tahun…………… Kata kunci: Akutansi, Ekspositori Perkembangan baru terhadap peningkatan mutu pendidikan membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dna hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi akan lebih mampu menciptakjan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa pada tingkat optimal. Penelitian ini berdasarkan permasalahan (a) Bagaimanakan peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya strategi pembelajaran ekspositori? (b) Bagaimanakah pengaruh strategi pembelajaran ekspositori terhadap motivasi belajar siswa? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) Meningkatkan peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya strategi pembelajaran ekspositori, (b) Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan strategi pembelajaran ekspositori, (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran mata diklat Akuntansi dalam meningkatkan prestasio belajar siswa. Penelitian ini menggunakan tindakan (Action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ………………………………………………tahun pelajaran…………………. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai III yaitu, siklus I (72,50%), siklus II (85,00%) Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran ekspositori dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa……………………………., serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran mata diklat akuntansi DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman pengesahan Kata Pengantar Abstraksi Daftar Isi Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Definisi Operasional Variabel F. Batasan Masalah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi B Pemakai Informasi Akuntansi C. Strategi Pembelajaran Ekspsitori D. Konsep Dasar Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori E. Proses Pelaksanaan Strategi Ekspositori F. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Ekspositori BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, waktu dan subjek penelitian B. Rancangan Penelitian C. Alat Pengumpulan Data D. Analisis Data E. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Strategi Pembelajaran Ekspositori B. Pembahasan BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran Lampiran 1Biodata Penulis Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 3 Lembar Pengesahan Pengelolaan Strategi Pembelajaran Ekspositori Lampiran 4 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa dan Guru Dalam KBM Lampiran 5 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I Lampiran 6 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I Lampiran 7 Hasil Tes Formatif Siklus I Lampiran 8 Hasil Tes Formatif Siklus II

akuntansi model pembelajaran kooperatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang lebih baik antara guru dan siswa dengan siswa dan siswa dengan siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolkaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Dalam pengajaran kelompok kecil memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa . adakalanya siswa lebih mudah belajar dari temannya sendiri, ada pula siswa yang lebih mudah belajar karena harus mengajari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif, memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, berkembang daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal. Banyak guru menyatakan bahwa mereka telah melaksanakan metode belajar kelompok. Mereka telah membagi para siswa dalam kelompok dan memberikan tugas kelompok. Namun guru-guru ini mengeluh bahwa hasil kegiatan-kegiatan ini tidak seperti yang mereka harapkan. Siswa bukannya memanfaatkan kegiatan tersebut dengan baik untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka. Malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau dan sebagainya. Para siswa pun mengeluh tidak bisa bekerja sama dengan efektif dalam kelompok. Siswa-siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaian kurang adil, sedangkan siswa yang kurang rajin dan pandai merasa minder bekerja sama dengan teman-temannya yang lebih mampu. Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk social. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama tidak akan ada individu, keluarga, organsasi atau sekolah. Ironisnya, model pembelajaran cooperative learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun bangsa Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Dan tidak semua belajar kelompok adalah belajar cooperative learning. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidikan mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam model pembelajaran cooperative learning para pembelajar harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar yang akan saling menguntungkan. Selain niat, para pembelajar juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “ Upaya Meningkatkan Prestasiu Belajar Akuntansi Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa …………………..tahun pelajaran…………………………….. B. Rumusan Masalah Bertitik tolat dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata diklat akuntansi dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas………………tahun pelajaran………………………… 2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan minat, perhatian dan partisipasi belajar mata diklat akuntansi pada siswa kelas……………………………………….tahun pelajaran………………. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar mata diklat akuntansi setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif pada siswa kelas………………..tahun pelajaran………………… 2. Mengetahui pengaruh minat, perhatian, dan partisipasi belajar mata diklat akuntansi setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif pada siswa Kelas ……………………………. Tahun pelajaran………………. 3. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran mata diklat akuntansi dalam meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas…………………….tahun pelajaran……………………. D. Kegunaan Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru mata diklat akuntansi dalam meningkatkan pemahaan siswa belajar mata diklat akuntansi. 2. Sumbagangan pemikiran bagi guru mata diklat akuntansi dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar mata diklat akuntansi 3. Sebagai bahan pertimbnagan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa. 4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran diklat akuntansi. 5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran mata diklat akuntansi. E. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran kooperatif adalah Merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) 2. Motivesi belajar adalah Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Prestasi belajar adalah Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. F. Batasan Masalah 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas…………………tahun pelajaran………………………… 2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester genap tahun pelajaran ………………………….. 3. Meteri yang disampaikan adalah pokok bahasan transaksi dalam persamaan dasar akuntansi. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi Akuntansi adalah suatu system informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan (wegandt et, 2000:4) Dari pengertian di atas terkandung kegiatan utama akuntansi yaitu 1. Mengidentifikasi kejadian ekonomi berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang relevan dari suatu organisasi tertentu. Pembayaran utang, pembayaran pembelian tunai, penjualan kredit adalah contoh dari kejadian ekonomi tersebut. 2. Mencatat secara histories aktivitas keuangan, organisasi. Pencatatan dilakukan secara sistematis, berurutan sesuai kronologis kejadian dan harus dapat diukukr dalam satuan moneter. Dalam proses pencatatan ini, kejadian ekonomi kemudian diklasifikasikan dan diringkas. 3. Mengomunikasikan kejadian ekonomi kepada pihak yang berkepentingan dalam bentuk laporan keuangan yang memuat informasi keuangan organisasi yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Elemen vital dalam mengomunikasikan kejadian ekonomi adalah kemampuan akuntansi dalam menganalisis dan menginterpretasi informasi yang dilaporkan. Analisis melibatkan penggunaan rasio, persentase grafik, dan diagram untuk memberikan gambaran pokok masalah keuagnan secara signifikan dengan melibatkan trend dan hubungannya. Interprestasi berkaitan dengan penjelasan manfaat, maksud dan batas waktu data yang dilaporkan. B. Pemakai Informasi Akuntansi Oleh karena kegiatan akuntansi tersebut adalah mengomunikasikan kejadian ekonomi suatu organisasi, maka akuntansi sering disebut sebagai “Business Langguange”. Kebutuhan informasi keuangan tergantung kepada apa yang hendak diambil oleh penggunanya. Karena itu, akuntansi haruslah mempertimbangkan kebutuhan informasi keuangan dari penggunanya. Pengguna informasi akuntansi dibagi ke dalam dua kelompok sebagai berikut: 1. Pemakai Intern (internal user) Yang dimaksud dengan pemakai (pihak) intern adalah pihak yang melakukan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan direktur keuangan. Dalam menjalankan aktivitas bisnis tersebut, manajer harus dihadapkan kepada banyak persoalan yang harus diselesaikan, seperti (a) apakah tersedia dana yang cukup untuk membayar kewajiban perusahaan, (b) berapa biaya per unit produksi, (c) apakah mungkin perusahaan memberikan bonus kepada karyawan untuk meningkatkan kinerjanya dan (d) produk mana yang lebih menguntungkan (profitable). Untuk menjawab berbagai persoalan tersebut, manajer membutuhkan informasi yang rinci dan berkualitas. Informasi berkualitas dicirikan dengan (a) akurat, (b) lengkap, (c) relevan, dan (d) tepat waktu. Oloeh karenanya untuk kebutuhan internal perushaaan, akuntansi menyediakan pula laporan internal (internal report), seperti prediksi kebutuhan kas tahun depan, anggaran penjualan, perbandingan dari beberapa alternative kebijakan yang dapat diambil. Selanjutnya bagi manajer informasi yang lebih ringkas disajikan dalam laporan keuangan (financial statements) 2. Pemakai Eksternal (Eksternal Statements) Yang dimaksud dengan pihak ekstenrn adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu usaha atau perusahaan, tetapi merupakan pihak luar perusahaan. Contohnya, bank sebagai pemberi kredit (pinjaman). Jadi, bank perlu memastikan apakah debitornya (perusahaan) yang diberikan fasilitas kredit ini dapat melunasi seluruh pinjamannya pada wkatu yang telah ditetapkan, sehingga bank terhindar dari permasalahan kredit macet. Bagaimana pihak bank mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan perusahaan sebagai debitornya? Bank memperoleh data dan informasi bedasarkan catatan akuntansi yang dibuat berupa laporan keuangan dari perusahaan yang memperoleh kredit tadi. Badan-badan pemerintah juga sangat berkepentingan dengan informasi keuangan perusahaan untuk tujuan-tujuan pajak dan deregulasi lainnya. Kantor pajak berkepentingan terhadap informasi akuntansi perusahaan untuk memeriksa kebenaran kewajiban pajak yang telah dilaporkan. Pegawai dan serikat pekerja juga membutuhkan informasi tentang stabilitas dan profitabilitas dari perusahaan yang memperkerjakannya. C. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Kelompok merupakan konsep yang paling penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagaiu kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka , dan setiap individu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki dan merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan sesame. Dari konsep di atas maka jelas, dalam proses pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Dilihat dari landasan psikologi belajar, pembelajaran kelompok banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistic yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Namun demikian psikologi humanistic juga mendasari strategi pembelajaran ini. Dalam pembelajaran kelompok pengembangan kemampuan kognitif harus diimbangi dengan perkembangan pribadi secara utuh melalui hubungan interpersonal. Teori medan, misalnya yang bersumber dari aliran psiklogi kognitif atau psikologi gestalt, menjelaskan bahwa keseluruhan lebih membeir makna daripada bagian-bagian yang terpisah.s etiap tingkah laku, menurut teori medan bersumber dari adanya ketegangan (tension) dan ketegangan itu muncul karena adanya kebutuhan (need) Manakala kebutuhan itu tidak dapat terpenuhi maka selamanya individu akan berada dalam situasi tegang. Untuk itulah setiap individu akan membutuhkan interaksi dengan individu lain. Inilah yang menjadikan terbentuknya kelompok. D. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur pentiing dalam SPK, yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Peneglompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan diantaranya pengelompokan didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan , pengelompokan yang didasarkan atas campuran baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Pendekatan apa pun yang digunakan tujuan pembelajaran haruslah menjadi pertimbangan utama. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan dan lain sebagainya. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok sehingga antar peserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman \, maupun gagasan-gagasan. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar. Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning (SPK). SPK merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) mengemukakan dua alas an, pertama , beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan hubungan social, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan maslaah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alas an tersebut maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki system pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan system kelompok /tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). System penilaian dilakukan terhadap kelompok mampu menunjukka prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantunga positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelomp[k, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok, sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok . Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok. Jadi hal yang menarik dari SPK adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi social, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu dan suka memberi pertolongan pada yang lain. Strategi pembelajaran ini bisa digunakan menakala : - Guru menekankan pentingnya usaha kolektif di samping usaha individu dalam belajar. - Jika guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar. - Jika guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan belajar dari bantuan orang lain. - Jika guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian dari isi kurikulum. - Jika guru menghendaki meningkatkan motivasi siswsa dan menambah tingkat partisipasi mereka. - Jika guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan menemukan berbagai solusi pemecahan. E. Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK 1. Karakteristik SPK Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi cirri khas dari pembelajaran kooperatif. Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar memulai kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif elaboratif kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian, keberhasilan setiap individu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok. Perspektif social artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengelola berbagai informasi. Elaborasi kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitif. Dengan demikian karakteristik strategi pembelajaran kooperatif dijelaskan di bawah ini. a. Pembelajaran Secara Tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untk mencapai tujuan. Oleh karena itu tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah criteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap kelompok bersifat heterogen. Artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar belakang social yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat saling memberi kontribusi terhadap keberhasilan kelompok. b. Didasarkasn pada Manajemen Kooperatif Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu fungsi perencanaan , fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi control. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencaaan yang matang agar proses belajar berjalan secara efektif, misalnya tujuan apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah- langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepekati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi control menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes. c. Kemauan Untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran koooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing akan tetapi juga ditanamnkan perlunyua saling membantu misalnya yang pintar perlu membantu yang kurang pintar. d. Keterampilan Bekerja Sama Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lalin. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok. 2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif seperti dijelaskan di bawah ini. a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence) Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-maisng anggota. Dengan demikian semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. Untuk terciptanya kelompok kerja ynag efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-maisng anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasiolan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda akan tetapi penilaian kelompok harus sama. c. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajaran. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya latar belakang social, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antara anggota kelompok. d. Partisipasi dan Komunikasi (Partisipation Communication) Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu sebelum melakukan kooperatif guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya. Keterampilan berkomunikasi memerlukan waktu. Siswa tak mungkin dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu guru perlu terus melatih dan melatih, sampai pada akhirnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk menjadi komunikator yang baik. F. Prosedur Pembelajaran Kooperatif 1. Penjelasan Materi Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok . tujuan utama dalam tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akjan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunkan metode ceramah, curah pendapat dan Tanya jawab , bahkan kalau perlu guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa. 2. Belajar dalam Kelompok Setelah guru menjelaskan gambara umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama social ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemauan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi dua orang dngan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Alasan pengelompokan keterogen pertama kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis dan gender. Terakhir kelompok keterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat , mendiskusikan permasalahan secara bersamaan, membandingkan jawaban mereka dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. 3. Penilaian Penilaian dalam SPK bisa dilkaukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya. 4. Pengakuan Tim Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan perhargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berpartisipasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka. G. Keunggulan dan Kelemahan SPK 1. Keunggulan SPK Keunggulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya: a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan inforamsi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa lain. b. SPK dapat menggambarkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. c. SPK dapat membantu anak untk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasan serta menerima segala perbedaan. d. SPK dapat membantu memberpadayakan setiap siswa untk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. SPK merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social. Termasuk mengembangkan rasa harga diri hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me –manege waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f. Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untkj menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktif memecahkan masalah tanpa rasa takut membuat kesalahan karena keputusannya yang dibuat tanggung jawab kelompoknya. g, SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil) h. Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 2. Keterbatasan SPK Di samping keunggulan SPK juga memiliki keterbatasan diantaranyas: a. Untuk memahami dan mengerti folosofi SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok. b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah tercapai oleh siswa. c. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian guru perlu menyadari bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa. d. keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berke3lompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat dicapai hanya dengan suatu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini. e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakjan kemampuan yang sangat penting untuk siswa akan tetapi banyak aktivitas di dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah. H. Metode Pembelajaran Kooperatif TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving) Dalam model ini siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpoai secara berpasangan, dengan satu anggota pasangan berfungsi sebagai pemecah permasalahan dan yang lainnya sebagai pendengar. Pemecah permasalahn mengucapkan semua pemikiran dan mereka saat mereka mencari sebuah solusi, pendengar mendorong rekan mereka untuk tetap untuk berbicara dan menawarkan anggapan umum atau petunjuk jika bagian pemecah masalah tertekan. Berdasarkan model pembelajaran tersebut Felder (1994:6-8) memberikan saran dalam membentuk kelompok pembelajran kooperatif sebagai berikut: a. Berikan tugas kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat siwa . Saat siswa bekerja terpisah salah satu diantaranya lebih mendominasi dan biasanya bukanlah mekanisme yang baik untuk memecahkan perdebatan dan dalam tim yang berisi lima orang atau lebih akan menjadi sulit untuk mempertahankan keterlibatan setiap orang dalam proses. Kumpulan satu tugas per kelompok. b. Usaha membentuk kelompok yang kemampuannya heterogen Hambatan akan dijumpai jika satu kelompok memiliki anggota yang semuanya lemah akan tampak nyata tetapi dengan mengumpulkan satu kelompok yang memiliki anggota dengan kemampuan kuat juga tidak disarankan. c. Hindari kelompok dimana siswa perempuan dan siswa minoritas yang banyak jumlahnya. Studi-studi telah memperlihatkan bahwa gagasan siswa perempuan dan kontribusinya seringkali dikurangi atau dipotong dalam tim yang memiliki kelompok berjenis kelamin campuran, dan para siswa perempuan akhirnya mengambil peran positif dalam interaksi kelompok d. Jika sangat memungkinkan, memilih kelompok sendiri. Dalam membentuk kelompok siswa menentukan sendiri anggota kelompoknya. e. Memberikan tugas regu dengan masing-masing tugas yang berputar. Dalam kelompok menghendaki perputaran tugas. Tugas-tugas dalam kelompok yaitu (1) coordinator (mengorganisasikan tugas ke dalam sub tugas, mengalokasikan tanggung jawab, mempertahankan kelompok tetap berorientasi pada tuas), (2) pemeriksa (memonitor kedua solusi dan pemahaman tiap-tiap anggota regu di antara mereka), (3) perekam (melihat kemungkinan consensus, menulis solus kelompok yang lahir), dan (4) skptis (menyarankan berbagai kemungkinan alternative, menghindari kelompok melompat pada kesimpulan terlalu awal) f. Mempertimbangkan hal positif yang saing bergantung semua anggota regu perlu merasakan bahwa mereka mempunyai peran unik untuk berperan serta di salah kelompok dan tugas hanya dapat diselesaikan dengan baik jika semua anggota melakukan tugas mereka. g. Mempertimbangkan tanggung jawab individual Cara terbaik unuk mencapai tujuan adalah dengan memberikan tes individu, selain itu dalam pemilihan anggota regu perlu menjanjikan atau menjelaskan hasil regu itu. h. Membuat kelompok secara teratur menilai prestasi mereka Pada awal tugas siswa perlu mendiskusikan apa yang sebaiknya dikerjakan, kesulitasn apa yang muncul, dan apa yang tiap-tiap anggota dapat dilakukan untuk membuat semua hal bekerja lebih baik. i. Menawarkan gagasan agar kelompok berfungsi efektif. Suatu pendekatan untuk menyiapkan siswa dengan beberapa unsur-unsu arahan yang akan menghasilkan suatu penghargaan dari apa sebenarnya kerja kelompok dan untuk membantu pengembangan diri keterampilan hubungan antar pribadi yang menopang di dalam pembentukan regu dan prestasi. j. Menyediakan bantuan regu yang memiliki kesukaran dalam bekerja sama. Kelompok yang mempunyai permasalahan harus dipertemukan dengan pengajar untk mendiskusikan kemungkinan pemecahan masalah. k. Jangan membentuk kembali kelompok yang sudah pernah terbentuk Tujuan kerja sama yang utama membantu para siswa memperluas daftar literature pendekatan pemecahan masalah mereka, dan tujuan kedua akan membantu mereka mengembangkan keterampilan kepemimpinan koloaboratif, pengambilan keputusan dan tujuan lainnya. Ini hanya dapat dicapai jika para siswa mempunyai cukup waktu untuk mengembangkan suatu dinamika kelompok, persaingan dan menanggulangi berbagai kesulitan dalam bekerja bersama-sama. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tidnakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu : (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaborasi, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif dan (4) penelitian tindakan social eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan pembedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbilah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), cirri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku penelitian dan peneliti dari luar , (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berpengaruh sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktif pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai degnan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. A. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di ………………………..tahun pelajaran…………………………. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu yang berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester genap………………. 3. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas …………………….tahun pelajaran……………….. pada pokok bahasan mencatat transaksi dalam persamaan dasar akuntansi B. Rancangan Penelitian Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto Suharsimi 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara penelitian dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahana masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yuang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang teribat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut; 1. Permasalahan atau topic yang dipilih harus memenuhi criteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkjauan kewarganegaraan peneliti untuk melakukan perubahan. 2. Kegiatan penelitian, baik interensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. 3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidakj memboroskan waktu dana dan tenaga. 4. Metodologi yang digunalkan harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakana dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. 5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going) mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapta berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu (Arikunto, Suharsimi, 2002:82:82) Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindkaan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat di lihat pada gambar berikut: Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur diatas adalah: 1. Rancangan/rencana awalk, sebelum mengadakan penelitian menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual model pembelajaran kooperatif 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya: Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1,2, dan 3 dimana masing-masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama ) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing-masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. C. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu : (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individu maupun secara klasikal. Disamping itu untujk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang di kumpulkan maka juga digunakan metode observasi (pengamatan ) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. D. Analisis Data Dalam rangka menyusun dan mengelola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: 1. Merekapitulasi hasil tes 2. Merekapitulasi hasil pengamatan 3. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas secara individual jika mendapatkan nilai minimal 65, sedangkan secara individual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hubungan Pembelajaran Mode Pembelajaran Kooperatif Dengan Ketuntasan Belajar Suatu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dianggap tuntas secara klasikal jika siswa yang mendapat nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%, sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas beajar pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu jika mendapat nilai minimal 65. Pada pertemuan pertama dalam kegiatan belajar mengajar guru membentuk kelompopk-kelompok belajar kooperatif, memperkenalkan dan membimbing siswa cara kerja dalam belajar kooperatif. Dalam pertemuan ini diadakan peniloaian hanya mengkondisikan siswa untuk mengenal proses belajar dengan pembelajaran kooperatif, selanjutnya pada akhir pertemuan guru memberitahukan paa siswa bahwa pada pertemuan berikutnya akan dilakukan pembelajaran kooperatif dan setiap akhir pertemuan akan diadakan tes. 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolahan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tigas dan lembar observasi aktivitas siswa. b. Tahap kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 4 September 2002 di kelas …. dengan jumlah siswa 42 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui keberhasln siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 4.1.Rekapitulasi Hasil Ulangan Harian I No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar 70,93 29 67,44 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasdis proyek/tugas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 70,93 dan ketuntasan belajar mencapai 67,44 % atau ada 29 siswa dari 42 siswa sudah tuntas belajar. Secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 67,44% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pembelajaran kontekstual model pembelajaran kooperatif. Tabel 4.2 Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I No Aspek yang dinilai Siswa Yang Dapat Dinilai Ketuntasan Dalam % 1 Minat A 80,95% B 7,14% C 11,90% 2 Perhatian A 61,29% B 23,81% C 11,90% 3 Partisipasi A 57,14% B 30,95% C 11,90% c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Sebagian masih kurang paham dengan model pembelajaran kooperatif. 2. Sebagian siswa msih belum bisa bekerja sama dalam kelompok 3. Sebagian siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. d. d. Refisi Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru harus menjelaskan lagi bagaimana proses dalam pembelajaran kooperatif. 2) Guru harus membimbing sebagian dari siswa yang mengalami kesulitan dalam bekerja secara kelompok. 3) Guru harus memotivasi beberapa siswa yang kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung. 2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap in peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar pengamatan aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 11 September 2002 di kelas …….. dengan jumlah siswa 42 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, pengamat aktivitas siswa dilakukan sendiri oleh guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekuarangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Sisw pada Siklus II No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar 74,42 34 79,01 Dari tabel di ata diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,42 dan ketuntasan belajar mencapai 79,01% atau ada 34 siswa dari 42 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasik telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar sisw ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Tabel 4.4 Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus I No Aspek yang dinilai Siswa Yang Dapat Dinilai Ketuntasan Dalam % 1 Minat A 83,33% B 11,90% C 4,76% 2 Perhatian A 78,57% B 14,29% C 7,14% 3 Partisipasi A 73,81% B 21,43% C 4,76% c. Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1. Sebagian besar dari siswa sudah memahami model pembelajaran kooperatif. 2. Sebagian besar siswa sudah bisa bekerja sama dalam kelompok 3. Sebagian besar siswa mulai aktif selama proses pembelajaran berlangsung. d. Refisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi uintuk dilaksanakan pada siklus II antara lain: 1. Guru harus lebih cerdik dalam memotivasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. 2. Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3. Guru harus membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. 4. Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5. Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini penelitian mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, scan tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Seklain itu juga dipersiapkan lembar Pengamatan aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 September 2002 di kelas …… dengan jumlah siswa 42 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Per sentase ketuntasan belajar 78,60 39 90,70 Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,60 dan dari 42 siswa yang telah tuntas sebanyak 39 siswa dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 90,70 % (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari sklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Tabel 4.6 Tabel Pengamatan Aktivitas Siswa Pada Siklus III No Aspek yang dinilai Siswa Yang Dapat Dinilai Ketuntasan Dalam % 1 Minat A 88,09% B 7,14% C 4,76% 2 Perhatian A 85,71% B 9,52% C 4,76% 3 Partisipasi A 85,71% B 9,52% C 4,76% c. Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran kontektual model pembelajaran kooperatif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diurakain sebagai berikut: 1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3. Kekuranan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4. Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. d. Refisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yuang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran kontekstual model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I,II dan III) yaitu masing-masing 67,44%,79,01% dan 90,70% . pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Sedangkan kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok VIII dengan nilai kelompok tertinggi 5,34 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata—rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mata diklat akuntansi pada pokok bahasan nilai, macam norma dan sanksinya dengan pembelajarsan kontekstual model pembelajaran kooperatif yang paling dominant adalah belajar dengan sesame anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antara siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. 4. Analisis Data Minat, Perhatian, Partisipasi. 1. Minat Dari analisis data diperoleh hasil pada siklus I 34 anak (80,92%) memiliki minat baik, 3 anak (7,14%) memiliki minat cukup, dan 5 anak (11,90%) memiliki minat kurang, pada siklus II 35 anak (83,33%) memiliki minat baik, 5 anak (11,90%) memiliki minat cukup, dan 2 anak (4,76%) memiliki minat kurang sedangkan pada siklus III 37 anak (88,09%) memiliki minat baik, 3 anak (7,14%) memiliki minat cukup dan 2 anak (4,76%) memiliki minat kurang. Dari hasil yang dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Mata diklat akuntansi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran. 2. Perhatian Dari analisis data diperoleh hasil pada siklus I 27 anak (61,29%) memiliki perhatian baik, 10 anak (23,81%) memiliki perhatian cukup dan 5 anak (11,90%) memiliki perhatian kurang pada siklus II 33 anak (78,57%) memiliki perhatian baik, 6 anak (14,29%) memiliki perhatian cukup, dan 3 anak (7,14%) memiliki perhatian baik, 4 anak (9,52%) memiliki perhatian cukup dan 2 anak (4,76%) memiliki perhatian kurang. Dari hasil akuntansi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan perhatian terhadap pembelajaran. 3. Partisipasi Dari analisis data diperoleh hasil pada siklus I 24 anak (57,14%) memiliki partisipasi baik, 13 anak (30,95%) memiliki partisipasi cukup dan 5 anak (11,90%) memiliki partisipasi kurang, pada siklus II 31 anak (73,81%) memiliki partisipasi baik, 9 anak (21,43%) meiliki partisipasi cukup dan 2 anak (4,76%) memiliki partisipasi kurang sedangkan pada siklus III 36 anak (85,71%) memiliki partisipasi baik, 4 anak (9,25%) memiliki partisipasi cukup dan 2 anak (4,76%) memiliki partisipasi kurang. Dari hasil ini dapat diinterprestasikan bahwa kegiatan pembelajaran Mata diklat akuntansi dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan partisipasi siswa terhadap pembelajaran. BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran mata diklat akuntansi 2. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67,44%), siklus II (79,01%), siklus III (90,70%) 3. Pembelajaran koopertif dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan. 4.Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok. 5. Penerapan model pembelajaran kooperatif mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan minat, perhatian dan partisipasi belajar siswa. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Kewarganegaraan lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam meningkatkan prestasi belajar siswa guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana anak nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di …………………….tahun pelajaran……………………. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad, 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Baru Algesindo Arikunto, Suharsimi, 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta Rineksa Cipta Arikunto, suharsimi. 2001 . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta. Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta; Rikena Cipata Azhar, lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta Usaha Nasional Dareos, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang; Aneka Ilmu Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno, 1982. Metodologi Research, Jilid I. Yogyakarta: YP Fak. Psikologi UGM Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung Sinar Baru Algesindo. Hasibuan. J.J dan moerdjiono. 1998 Proses Belajar mengajar . Bandung : Remaja Rosdakarya Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta Rineksa Cipta Masriyah. 1999 Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya. Melvin. L. Siberman. 2004. Active Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif . Bandung Nusamedia dan Nuansa. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya University Press Universitas Negeri Surabaya. Rustiyah, N.K. 1991 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara Sardiman, A.M. 1996 Interaksi dan Motivasi Belajar mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, universitas Terbuka. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendikia Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung : Jemmars Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin, 1995. Psikologi Pendidikan , Suatu Pendekatan Baru. Bandung; Remaja Rosdakarya Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya. Lampiran 1 BIODATA PENULIS 1. Nama : ………………………………………….. 2. NIP/NIS : ………………………………………….. 3. Tempat&tanggal lahir : ………………………………………….. 4. Jabatan Dinas : ………………………………………….. 5. Pendidikan : ………………………………………….. 6. Riwayat Pendidikan : ………………………………………….. No Nama Sekolah Jurusan Tahun Lulus 1 2 3 4 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata diklat : Akuntansi Kelas/Semester : I/1 Alokasi Waktu : 8 x 45 menit Standar Kompetensi : Persamaan Dasar Akuntansi Kompetensi Dasar : Mencatat transaksi dalam Persamaan Dasar Putaran : 1,2 dan 3 I. Tujuan Pembelajaran : a. Transaksi keuangan dapat teridentifikasi b. Bentuk-bentuk Persamaan Dasar Akuntansi dapat diidentifikasi c. Transaksi dibukukan dalam persamaan dasar akuntansi II. Materi Ajar : a. Menyebutkan unsur-unsur laporan keuangan b. Menjelaskan pengertian dan Penggunaaan Persamaan Dasar Akuntansi c. Menjelaskan pengertian Harta utang dan Modal d. Mengidentifikasikan bentuk-bentuk Persamaan Dasar Akuntansi e. Mencatat transaksi dalam Persamaan Dasar Akuntansi III. Model Pembelajaran : Model pengajaran Kooperatif IV. Motode Pembelajaran : a. Metode Pemberian tugas b. Metode Diskuksi c. Metode Tanya Jawab V. Langkah-langkah Pembelajaran : a. Kegiatan Awal Membaca unsur-unsur laporan keuangan, pengertian dan penggunaan Persamaan Dasar Akuntansi b. Kegiatan inti Melakukan diskusi kelompok dan Tanya jawab c. Kegiatan akhir Membuat rangkuman VI. Alat/Bahan/Sumber : a. Pengantar Akuntansi b. System Akuntansi c. Buku-buku akuntansi yang relevan VII. Penilaian : a. Tes Tertulis b. Hasil pengamatan c. Hasil Diskusi dan Rangkuman Lampiran 3 Penilaian Cooperative Learning pada Siklus I No Kelompok Nama Siswa Nilai UH I Keterangan 1 I 8 T 2 6 TT 3 7 T 4 6 TT 5 7 T 6 II 8 T 7 6 TT 8 7 T 9 7 T 10 6 TT 11 7 T 12 III 9 T 13 7 T 14 6 TT 15 7 T 16 7 T 17 IV 8 T 18 7 T 19 6 TT 20 6 TT 21 7 T 22 V 8 T 23 6 TT 24 7 T 25 8 T 26 6 TT 27 VI 9 T 28 7 T 29 7 T 30 7 T 31 7 T 32 VII 8 T 33 7 T 34 6 TT 35 7 T 36 7 T 37 6 TT 38 VIII 7 T 39 7 T 40 6 TT 41 5 TT 42 7 T Keterangan T : Tuntas TT : Tidak tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 29 Jumlah siswa yang tidak tuntas : 13 Skor Maksimal Ideal : 420 Skor tercepat : 290 Rata-rata skor Tercepat : 6,90 Prosentase Ketuntasan : 69,05% Lampiran 4 No KET Nama Siswa Nilai UH I Nilai UH II Ket Nilai Akhir Nilai untuk Ket Nilai Kelompok 1 I 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5 1,5 2 6 7 T (6+7):2=6,5 0,.5 3 7 8 TT (7+8):2=7,5 0,5 4 6 6 T (6+6):2=6,0 - 5 7 7 T (7+7):2=7,0 - 6 II 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5 1,5 7 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5 8 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 9 7 7 T (7+7):2=7,0 - 10 6 6 TT (6+6):2=6,0 - 11 7 7 T (7+7):2=7,0 - 12 III 9 10 T (9+10):2=9,5 0,5 1,5 13 7 7 T (7+7):2=7,0 - 14 6 6 TT (6+6):2=6,0 - 15 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 16 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 17 IV 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5 1,5 18 7 7 T (7+7):2=7,0 - 19 6 6 TT (6+6):2=6,0 - 20 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5 21 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 22 V 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5 1,0 23 6 6 TT (6+6):2=6,0 - 24 7 7 T (7+7):2=7,0 - 25 8 8 T (8+8):2=8,0 - 26 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5 27 VI 9 10 T (9+10):2=9,5 0,5 2,0 28 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 29 7 7 T (7+7):2=7,0 - 30 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 31 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 32 VII 8 9 T (8+9):2=8,5 0,5 2,0 33 7 7 T (7+7):2=7,0 - 34 6 6 TT (6+6):2=6,0 - 35 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 36 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 37 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5 38 VII 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 2,0 39 7 7 T (7+7):2=7,0 - 40 6 7 T (6+7):2=6,5 0,5 41 5 6 TT (5+6):2=5,5 0,5 42 7 8 T (7+8):2=7,5 0,5 Keterangan T : Tuntas TT : Tidak tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 35 Jumlah siswa yang tidak tuntas : 7 Skor Maksimal Ideal : 420 Skor tercepat : 316 Rata-rata skor Tercepat : 7,52 Prosentase Ketuntasan : 83,33% Lampiran 5 No KET Nama Siswa Nilai UH III Ket Nilai Akhir Nilai untuk Ket Nilai Kelompok 1 I 10 T (8+9+10):3=9,00 1,00 1,5 4,83 2 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00 3 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 4 7 T (6+6+7):3=6,33 0,33 5 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33 6 II 9 T (8+9+9):3=8,67 0,67 1,5 3,17 7 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00 8 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 9 7 T (7+7+7):3=7,00 - 10 6 TT (6+6+6):3=6,00 - 11 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33 12 III 10 T (9+10+10):3=9,67 0,67 1,5 4,51 13 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33 14 8 T (6+6+8):3=6,67 0,67 15 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 16 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 17 IV 9 T (8+9+9):3=8,67 0,67 1,5 4,16 18 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33 19 7 T (6+6+7):3=6,33 0,33 20 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00 21 8 T (7+8+8):3=7,33 0,33 22 V 10 T (8+9+10):3=9,00 1,00 1,0 3,00 23 6 TT (6+6+6):3=6,00 - 24 8 T (7+7+8):3=7,33 0,33 25 8 T (8+8+8):3=8,00 - 26 7 T (6+7+7):3=6,67 0,67 27 VI 10 T (9+10+10):3=9,67 0,67 2,0 4,68 28 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 29 7 T (7+7+7):3=7,00 - 30 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 31 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 32 VII 9 T (8+9+9):3=8,67 0,67 2,0 5,01 33 7 T (7+7+7):3=7,00 34 7 T (6+6+7):3=6,33 0,33 35 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 36 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 37 7 T (6+7+7):3=6,67 0,67 38 VII 9 T (7+8+9):3=8,00 1,00 2,0 5,34 39 7 T (7+7+7):3=7,00 - 40 8 T (6+7+8):3=7,00 1,00 41 6 TT (5+6+6):3=5,67 0,67 42 8 T (7+8+8):3=7,67 0,67 Keterangan T : Tuntas TT : Tidak tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 39 Jumlah siswa yang tidak tuntas : 3 Skor Maksimal Ideal : 420 Skor tercepat : 333 Rata-rata skor Tercepat : 7,93 Prosentase Ketuntasan : 92,86% Kelompok yang mendapat penghargaan adalah kelompok VIII dengan nilai kelompok tertinggi 5,34 Lampiran 6 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi B C K B C K B C K 1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21    22    23    24    25    26    27    28    29    30    31    32    33    34    35    36    37    38    39    40    41    42    Jumlah 34 3 5 27 10 5 24 13 5 Keterangan B : Baik C : Cukup K : Kurang Minat : 34 siswa (48,95%) memiliki minat baik 3 siswa (7,14%) memiliki minat cukup 5 siswa (11,90%) memiliki minat kurang Perhatian : 27 siswa (61,29%) memiliki perhatian baik 10 siswa (23,81%) memiliki perhatian cukup 5 siswa (11,90%) memiliki perhatian kurang Partisipasi : 24 siswa (57,14%) memiliki partisipasi baik 13 siswa (30,95%) memiliki partisipasi cukup 5 siswa (11,90%) memiliki partisipasi kurang Lampiran 7 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi B C K B C K B C K 1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21    22    23    24    25    26    27    28    29    30    31    32    33    34    35    36    37    38    39    40    41    42    Jumlah 35 5 2 33 6 3 31 9 2 Keterangan B : Baik C : Cukup K : Kurang Minat : 35 siswa (83,33%) memiliki minat baik 5 siswa (11,90%) memiliki minat cukup 2 siswa (4,76%) memiliki minat kurang Perhatian : 33 siswa (78,57%) memiliki perhatian baik 6 siswa (14,29%) memiliki perhatian cukup 3 siswa (7,14%) memiliki perhatian kurang Partisipasi : 31 siswa (73,81%) memiliki partisipasi baik 9 siswa (21,43%) memiliki partisipasi cukup 2 siswa (4,76%) memiliki partisipasi kurang Lampiran 8 Data Pengamatan Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I No Nama siswa Minat Perhatian Partisipasi B C K B C K B C K 1    2    3    4    5    6    7    8    9    10    11    12    13    14    15    16    17    18    19    20    21    22    23    24    25    26    27    28    29    30    31    32    33    34    35    36    37    38    39    40    41    42    Jumlah 37 3 2 36 4 2 36 4 2 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS ……………………………… TAHUN ……………………… KARYA TULIS ILMIAH OLEH: ……………………………………….. NIP:………………………………… DINAS PENDIDIKAN ……………………………….. …………………………………………….. …………………………………………… HALAMAN PENGESAHAN KARYA ILMIAH BERJUDUL: MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA SISWA KELAS ……………………………… TAHUN ……………………… OLEH: ………………………………………….. TELAH DISETUJUI Pengelola Perpustakaan Ketua PGRI ………………………. ……………. ……………………… …………….. NIP:…………………. NPA:……….. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan pada waktunya Karya tulis ilmiah ini berjudul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas…………………………………. Tahun…………….. “ ini disusun untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan profesi guru dari IVa ke IVb Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kota……………………………………………. 2. Yth Ketua PGRI Kota………………………………………………………….. 3. Yth Rekan-rekan Guru ………………………………………………………… Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu kritik dan syaran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang. ……………………………………… Penulis ABSTRAK ……………..,2004. “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Pada Siswa Kelas…………………………………. Tahun…………….. “ Kata Kunci Akuntansi, Pembelajaran kooperatif Dalam pengajaran kelompok kecil memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Adakalanya siswa lebih mudah mengari atau melatih temannya sendiri. Dalam hal ini pengajaran kelompok kecil dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Pengajaran ini memungkinkan siswa belajar kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa, serta dapat memenuhi kebutuhan siswa secara optimal. Penelitian ini berdasarkan permasalahn (a) Bagaimana peningkatan prestasi belajar mata diklat akuntansi dengan diterapkannya mode pembelajaran kooperatif? (b) Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan minat, perhatian dan partisipasi belajar mata diklat akuntansi? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (a) Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif, (b) mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif, (c) Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran mata diklat Akuntansi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu : rancanan, kegiatan dan pengamatan, refleksi dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas ………………………………………. Tahun pelajaran…………………….. data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (67,44%), siklus II (79,01%), siklus III (90,70%) Simpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar siswa………………………………………………… serta model pembelajarasn ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative pembelajaran mata diklat akuntansi. DAFTAR ISI Halaman Judul i Halaman pengesahan ii Kata Pengantar iii Abstraksi iv Daftar Isi v Daftar Lampiran vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan Penelitian 4 D. Kegunaan Penelitian 4 E. Definisi Operasional Variabel 5 F. Batasan Masalah 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi 7 B Pemakai Informasi Akuntansi 8 C. Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) 10 D. Konsep Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK) 11 E. Karakteristik dan Prinsip-prinsip SPK 15 F. Prosedur Pembelajaran Kooperatif 21 G. Keunggulan dan Kelemahan SPK 23 H. Model Pembelajaran Kooperatif TAPPS (Thinking Alaud Pair Problem Solving. 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, waktu dan subjek penelitian 31 B. Rancangan Penelitian 31 C. Alat Pengumpulan Data 35 D. Analisis Data 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Ketuntasan Belajar 37 B. Pembahasan 48 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 50 B. Saran 51 DAFTAR PUSTAKA 53 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran Lampiran 1 Biodata Penulis 53 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 54 Lampiran 3 Penilaian Cooperative Learning Pada Siklus I 57 Lampiran 4 Penilaian Cooperative Learning Pada Siklus II 59 Lampiran 5 Penilaian Cooperative Learning Pada Siklus II 61 Lampiran 6 Data pengamatana Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran I 63 Lampiran 7 Data pengamatana Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran II 65 Lampiran 8 Data pengamatana Minat, Perhatian dan Partisipasi Siswa Putaran III 67

100 kalimat indah lirik lagu iwan fals 1.“Berhentilah jangan salah gunakan, kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan” (Puing – album Sarjana Muda 1981) 2.“Hei jangan ragu dan jangan malu, tunjukkan pada dunia bahwa sebenarnya kita mampu”. (Bangunlah Putra-Putri Pertiwi – album Sarjana Muda 1981) 3."Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu, hantamlah sombongnya dunia buah hatiku, doa kami dinadimu”. (Galang Rambu Anarki – album Opini 1982) 4.“Jalan masih teramat jauh, mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh”. (Maaf Cintaku - album Sugali 1984) 5.“Jangan kau paksakan untuk tetap terus berlari, bila luka di kaki belum terobati”. (Berkacalah Jakarta - album Sugali 1984) 6.“Riak gelombang suatu rintangan, ingat itu pasti kan datang, karang tajam sepintas seram, usah gentar bersatu terjang”. (Cik - album Sore Tugu Pancoran 1985) 7.“Aku tak sanggup berjanji, hanya mampu katakan aku cinta kau saat ini, entah esok hari, entah lusa nanti, entah”. (Entah - album Ethiopia 1986) 8.“Mengapa bunga harus layu?, setelah kumbang dapatkan madu, mengapa kumbang harus ingkar?, setelah bunga tak lagi mekar”. (Bunga-Bunga Kumbang-Kumbang - album Ethiopia 1986) 9.“Ternyata banyak hal yang tak selesai hanya dengan amarah”. (Ya Ya Ya Oh Ya - album Aku Sayang Kamu 1986) 10.“Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada kesempatan”. (Selamat Tinggal Malam - album Aku Sayang Kamu 1986) -------------------------------------------------------- 11.“Kota adalah hutan belantara akal kuat dan berakar, menjurai didepan mata siap menjerat leher kita”. (Kota - album Aku Sayang Kamu 1986) 12.“Jangan kita berpangku tangan, teruskan hasil perjuangan dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan”. (Lancar - album Lancar 1987) 13.“Jangan ragu jangan takut karang menghadang, bicaralah yang lantang jangan hanya diam”. (Surat Buat Wakil Rakyat - album Wakil Rakyat 1987) 14.“Kau anak harapanku yang lahir di zaman gersang, segala sesuatu ada harga karena uang”. (Nak - album 1910 1988) 15.“Sampai kapan mimpi mimpi itu kita beli?, sampai nanti sampai habis terjual harga diri”. (Mimpi Yang Terbeli - album 1910 1988) 16.“Seperti udara kasih yang engkau berikan, tak mampu ku membalas, Ibu”. (Ibu - album 1910 1988) 17.“Memang usia kita muda namun cinta soal hati, biar mereka bicara telinga kita terkunci”. (Buku Ini Aku Pinjam - album 1910 1988) 18.“Dendam ada dimana mana di jantungku, di jantungmu, di jantung hari-hari”. (Ada Lagi Yang Mati - album 1910 1988) 19.“Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat”. (Perempuan Malam - album Mata Dewa 1989) 20.“Kucoba berkaca pada jejak yang ada, ternyata aku sudah tertinggal, bahkan jauh tertinggal”. (Nona - album Mata Dewa 1989) -------------------------------------------------------- 21.“Oh ya! ya nasib, nasibmu jelas bukan nasibku, oh ya! ya takdir, takdirmu jelas bukan takdirku”. (Oh Ya! - album Swami 1989) 22.“Wahai kawan hei kawan, bangunlah dari tidurmu, masih ada waktu untuk kita berbuat, luka di bumi ini milik bersama, buanglah mimpi-mimpi”. (Eseks eseks udug udug (Nyanyian Ujung Gang) - album Swami 1989) 23.“Api revolusi, haruskah padam digantikan figur yang tak pasti?”. (Condet - album Swami 1989) 24.“Kalau cinta sudah di buang, jangan harap keadilan akan datang”. (Bongkar - album Swami 1989) 25.“Kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang diperkuda jabatan”. (Bongkar - album Swami 1989) 26.“Orang tua pandanglah kami sebagai manusia, kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta”. (Bongkar - album Swami 1989) 27.“Satu luka perasaan, maki puji dan hinaan, tidak merubah sang jagoan menjadi makhluk picisan”. (Rajawali - album Kantata Takwa 1990) 28.“Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata kata”. (Paman Doblang - album Kantata Takwa 1990) 29.“Mereka yang pernah kalah, belum tentu menyerah”. (Orang-Orang Kalah - album Kantata Takwa 1990) 30.“Aku rasa hidup tanpa jiwa, orang yang miskin ataupun kaya sama ganasnya terhadap harta”. (Nocturno - album Kantata Takwa 1990) -------------------------------------------------------- 31.“Orang orang harus dibangunkan, kenyataan harus dikabarkan, aku bernyanyi menjadi saksi”. (Kesaksian - album Kantata Takwa 1990) 32.“Ingatlah Allah yang menciptakan, Allah tempatku berpegang dan bertawakal, Allah maha tinggi dan maha esa, Allah maha lembut”. (Kantata Takwa - album Kantata Takwa 1990) 33.“Kebimbangan lahirkan gelisah, jiwa gelisah bagai halilintar”. (Gelisah - album Kantata Takwa 1990) 34.“Bagaimanapun aku harus kembali, walau berat aku rasa kau mengerti”. (Air Mata - album Kantata Takwa 1990) 35.“Alam semesta menerima perlakuan sia sia, diracun jalan napasnya diperkosa kesuburannya”. (Untuk Bram - album Cikal 1991) 36.“Duhai langit, duhai bumi, duhai alam raya, kuserahkan ragaku padamu, duhai ada, duhai tiada, duhai cinta, ku percaya”. (Pulang Kerja - album Cikal 1991) 37.“Dimana kehidupan disitulah jawaban”. (Alam Malam - album Cikal 1991) 38.“Ada dan tak ada nyatanya ada”. (Ada - album Cikal 1991) 39.“Aku sering ditikam cinta, pernah dilemparkan badai, tapi aku tetap berdiri”. (Nyanyian Jiwa - album Swami Il 1991) 40.“Aku mau jujur jujur saja, bicara apa adanya, aku tak mau mengingkari hati nurani”. (Hio - album Swami Il 1991) -------------------------------------------------------- 41.“Bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta walau aku tahu tak terdengar, jariku menari tetap tak akan berhenti sampai wajah tak murung lagi”. (Di Mata Air Tidak Ada Air Mata - album Belum Ada Judul 1992) 42.“Mengapa besar selalu menang?, bebas berbuat sewenang wenang, mengapa kecil selalu tersingkir?, harus mengalah dan menyingkir”. (Besar Dan Kecil - album Belum Ada Judul 1992) 43.“Angin pagi dan nyanyian sekelompok anak muda mengusik ingatanku, aku ingat mimpiku, aku ingat harapan yang semakin hari semakin panjang tak berujung”. (Aku Disini - album Belum Ada Judul 1992) 44.“Jalani hidup, tenang tenang tenanglah seperti karang”. (Lagu Satu - album Hijau 1992) 45.“Sebentar lagi kita akan menjual air mata kita sendiri, karena air mata kita adalah air kehidupan”. (Lagu Dua - album Hijau 1992) 46.“Kita harus mulai bekerja, persoalan begitu menantang, satu niat satulah darah kita, kamu adalah kamu aku adalah aku”. (Lagu Tiga - album Hijau 1992) 47.“Kenapa kebenaran tak lagi dicari?, sudah tak pentingkah bagi manusia?” (Lagu Empat- album Hijau 1992) 48.“Kenapa banyak orang ingin menang?, apakah itu hasil akhir kehidupan?”. (Lagu Empat- album Hijau 1992) 49.“Anjingku menggonggong protes pada situasi, hatiku melolong protes pada kamu”. (Lagu Lima - album Hijau 1992) 50.“Biar keadilan sulit terpenuhi, biar kedamaian sulit terpenuhi, kami berdiri menjaga dirimu”. (Karena Kau Bunda Kami - album Dalbo 1993) -------------------------------------------------------- 51.“Apa jadinya jika mulut dilarang bicara?, apa jadinya jika mata dilarang melihat?, apa jadinya jika telinga dilarang mendengar?, jadilah robot tanpa nyawa yang hanya mengabdi pada perintah”. (Hura Hura Huru Hara - album Dalbo 1993) 52.“Tertawa itu sehat, menipu itu jahat”. (Hua Ha Ha - album Dalbo 1993) 53.“Nyanyian duka nyanyian suka, tarian duka tarian suka, apakah ada bedanya?” (Terminal – single 1994) 54.“Waktu terus bergulir, kita akan pergi dan ditinggal pergi”. (Satu Satu – album Orang Gila 1994) 55.“Pelan-pelan sayang kalau mulai bosan, jangan marah-marah nanti cepat mati, santai sajalah”. (Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Orang Gila 1994) 56.“Mau insaf susah, desa sudah menjadi kota”. (Menunggu Ditimbang Malah Muntah – album Orang Gila 1994) 57.“Pertemuan dan perpisahan, dimana awal akhirnya?, dimana bedanya?”. (Doa Dalam Sunyi – album Orang Gila 1994) 58.“Jika kata tak lagi bermakna, lebih baik diam saja”. (Awang Awang – album Orang Gila 1994) 59.“Bagaimana bisa mengerti?, sedang kita belum berpikir, bagaimana bisa dianggap diam?, sedang kita belum bicara”. (Awang Awang – album Orang Gila 1994) 60.“Aku bukan seperti nyamuk yang menghisap darahmu, aku manusia yang berbuat sesuai aturan dan keinginan”. (Nasib Nyamuk – album Anak Wayang 1994) -------------------------------------------------------- 61.“Oh susahnya hidup, urusan hati belum selesai, rumah tetangga digusur raksasa, pengusaha zaman merdeka”. (Oh – single 1995) 62.“Aku disampingmu begitu pasti, yang tak kumengerti masih saja terasa sepi”. (Mata Hati – album Mata Hati 1995) 63.“Sang jari menari jangan berhenti, kupasrahkan diriku digenggaman-Mu”. (Lagu Pemanjat – album Lagu Pemanjat 1996) 64.“Lepaslah belenggu ragu yang membelit hati, melangkah dengan pasti menuju gerbang baru”. (Songsonglah – album Kantata Samsara 1998) 65.“Berani konsekuen pertanda jantan”. (Nyanyian Preman – album Kantata Samsara 1998) 66.“Dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara”. (Langgam Lawu – album Kantata Samsara 1998) 67.“Matinya seorang penyaksi bukan matinya kesaksian”. (Lagu Buat Penyaksi – album Kantata Samsara 1998) 68.“Bertahan hidup harus bisa bersikap lembut, walau hati panas bahkan terbakar sekalipun”. (Di Ujung Abad - album Suara Hati 2002) 69.“Jangan goyah percayalah teman perang itu melawan diri sendiri, selamat datang kemerdekaan kalau kita mampu menahan diri”. (Dendam Damai - album Suara Hati 2002) 70.“Berdoalah sambil berusaha, agar hidup jadi tak sia-sia”. (Doa - album Suara Hati 2002) -------------------------------------------------------- 71.“Harta dunia jadi penggoda, membuat miskin jiwa kita”. (Seperti Matahari - album Suara Hati 2002) 72.“Memberi itu terangkan hati, seperti matahari yang menyinari bumi”. (Seperti Matahari - album Suara Hati 2002) 73.“Jangan heran korupsi menjadi jadi, habis itulah yang diajarkan”. (Politik Uang – album Manusia Setengah Dewa 2004) 74.“Gelombang cinta gelombang kesadaran merobek langit yang mendung, menyongsong hari esok yang lebih baik”. (Para Tentara – album Manusia Setengah Dewa 2004) 75.“Terhadap yang benar saja sewenang wenang, apalagi yang salah”. (Mungkin – album Manusia Setengah Dewa 2004) 76.“Begitu mudahnya nyawa melayang, padahal tanpa diundang pun kematian pasti datang”. (Matahari Bulan Dan Bintang – album Manusia Setengah Dewa 2004) 77.“Dunia kita satu, kenapa kita tidak bersatu?”. (Matahari Bulan Dan Bintang – album Manusia Setengah Dewa 2004) 78.“Urus saja moralmu urus saja akhlakmu, peraturan yang sehat yang kami mau”. (Manusia Setengah Dewa – album Manusia Setengah Dewa 2004) 79.“Di lumbung kita menabung, datang paceklik kita tak bingung”. (Desa – album Manusia Setengah Dewa 2004) 80.“Tutup lubang gali lubang falsafah hidup jaman sekarang”. (Dan Orde Paling Baru – album Manusia Setengah Dewa 2004) -------------------------------------------------------- 81.“Buktikan buktikan!, kalau hanya omong burung beo pun bisa”. (Buktikan – album Manusia Setengah Dewa 2004) 82.“Dunia politik dunia bintang, dunia hura hura para binatang”. (Asik Nggak Asik – album Manusia Setengah Dewa 2004) 83.“Dewa-dewa kerjanya berpesta, sambil nyogok bangsa manusia”. (17 Juli 1996 – album Manusia Setengah Dewa 2004) 84.“Tanam-tanam pohon kehidupan, siram siram sirami dengan sayang, tanam tanam tanam masa depan, benalu-benalu kita bersihkan”. (Tanam-Tanam Siram-Siram – single 2006) 85.“Ada apa gerangan mengapa mesti tergesa gesa, tak bisakah tenang menikmati bulan penuh dan bintang”. (Haruskah Pergi – 2006) 86.“Persoalan hidup kalau diikuti tak ada habisnya, soal lama pergi soal baru datang”. (Selancar – 2006) 87.“Jaman berubah perilaku tak berubah, orang berubah tingkah laku tak berubah”. (Rubah – album 50:50 2007) 88.“Satu hilang seribu terbilang, patah tumbuh hilang berganti”. (Pulanglah – album 50:50 2007) 89.“Hidup ini indah berdua semua mudah, yakinlah melangkah jangan lagi gelisah”. (KaSaCiMa – album 50:50 2007) 90.“Tak ada yang lepas dari kematian, tak ada yang bisa sembunyi dari kematian, pasti”. (Ikan-Ikan – album 50:50 2007) -------------------------------------------------------- 91.“Ada kamu yang mengatur ini semua tapi rasanya percuma, ada juga yang janjikan indahnya surga tapi neraka terasa”. (Cemburu – album 50:50 2007) 92.“Hukum alam berjalan menggilas ludah, hukum Tuhan katakan “Sabar!”. (Kemarau – uncassette) 93.“Yang pasti hidup ini keras, tabahlah terimalah”. (Joned – uncassette) 94.“Oh negeriku sayang bangkit kembali, jangan berkecil hati bangkit kembali”. (Harapan Tak Boleh Mati – uncassette) 95.“Oh yang ditinggalkan tabahlah sayang, ini rahmat dari Tuhan kita juga pasti pulang”. (Harapan Tak Boleh Mati – uncassette) 96.“Tuhan ampunilah kami, ampuni dosa-dosa kami, ampuni kesombongan kami, ampuni bangsa kami, terimalah disisi-Mu korban bencana ini”. (Saat Minggu Masih Pagi – uncassette) 97.“Nyatakan saja apa yang terasa walau pahit biasanya, jangan disimpan jangan dipendam, merdekakan jiwa”. (Nyatakan Saja – uncassette) 98.“Usiamu tak lagi muda untuk terus terusan terjajah, jangan lagi membungkuk bungkuk agar dunia mengakuimu”. (Merdeka – uncassette) 99.“Kau paksa kami untuk menahan luka ini, sedangkan kau sendiri telah lupa”. (Luka Lama – uncassette) 100. “Oh Tuhan tolonglah, lindungi kami dari kekhilafan, oh ya Tuhan tolonglah, Ramadhan mengetuk hati orang orang yang gila perang”.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More